Iya sih: manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan. Tapi,
Tuhan tidak melarang berangan, bukan?
Iya sih: perempuan punya pria idaman, Tuhan yang nanti
menentukan. Tapi, Tuhan tidak melarang untuk berkeinginan, bukan?
Jadi, aku ingin punya suami yang super sabar. Yang akan diam
ketika aku marah, yang mampu menyeimbangi kecerewetanku dengan baik, dan
bukannya ikutan cerewet. Itu menyebalkan.
Aku ingin punya suami yang menyayangi kedua orang tua dan
keluargaku, juga kedua orang tua serta keluarganya. Harus sadar, tahu, tegas,
dan sabar atas batas mana urusan kami berdua dan mana urusan kami yang
melibatkan mereka.
Aku ingin punya suami yang inspiratif. Yang ibadahnya bagus,
yang akan mengajakku ke jalan kebaikan. Jalan yang tak akan putus meski kami
mati. Jalan yang tak akan membuat kami berpisah di akhirat nanti.
Aku mau punya suami yang bisa membantuku menndidik
anak-anakku nanti. Bukan cuma soal hidup, tapi yang lebih urgent: soal berhubungan
dengan Tuhan.
Aku ingin punya suami yang tidak memandangku rendah. Suami
yang tidak menatapku bagai aku perempuan letoy yang tak bisa dan tak tahu
apa-apa. Aku mau dia menghargaiku..
Aku ingin punya suami yang jujur, yang akan bilang tidak
jika memang tidak, dan iya jika memang iya. Benar jika sejatinya benar, salah
jika aturannya memang tidak begitu.
Setingkat diatasnya, suamiku nanti harus setia. Aku menolak
dimadu, demi apapun. Untungnya aku tidak cepat bosan, tapi jika nanti suamiku
demikian, maka dia harus bisa membuat hubungan kami seru dan tidak
semembosankan yang dia rasa. Tentu, aku akan membantunya.
Aku ingin punya suami yang pintar, mengikuti perkembangan
dunia. Dia harus mengajariku tak hanya soal beragama, tapi juga bersosialisasi
dan berinformasi.
Ah, aku tak peduli dia tak punya banyak teman. Aku malah
akan bisa seimbang jika dia nantinya orang yang tak banyak tingkah.
Lalu, aku mau dia suka musik! Serunya kalau bisa bernyanyi
berdua. Dia harus pria dengan selera lagu-lagu enerjik, sehingga aku bisa having fun dengannya jika mengunjungi
konser atau pertunjukkan musik.
Aku tidak begitu peduli dengan rambut, tapi aku suka pria
cepak. Kecuali, jika gondrongnya bagus. Kalau gondrong tapi alay, big no!
Aku ingin punya suami yang hobi travelling! Sudah bisa kubayangkan bagaimana kami mengarungi darat
dan laut demi mencapai Bunaken, Toraja, Danau Toba, Brunei, Dubai, Arab Saudi,
Mekkah, Madinah, Yaman, Mesir, Turki, New York, Kanada! Berdua!
Demi Tuhan aku tidak suka pria cerewet yang lebih suka
mendominasi obrolan soal dirinya, dirinya, dan dirinya. Kenapa? Karena aku pun
tidak demikian.
Akan lebih baik jika dia berjanggut.
Aku mau suamiku adalah pria yang percaya diri seperti ayah.
Aku mau suamiku nanti akan menyentuh inci demi inci diriku
bukan dengan nafsu, tapi rasa sayang yang tulus.
Aku ingin menikah. Meski bukan sekarang.
Tapi kalaupun iya, itulah pria yang aku inginkan.
Komentar
Posting Komentar