Langsung ke konten utama

Unggulan

[REVIEW BUKU] Ada Apa dengan Introver: Siapa, Mengapa, dan Bagaimana

Mungkin memang enggak ada yang namanya kebetulan, melainkan takdir.  Takdir untuk buku ini adalah, saya dapat masukan dari Mbak Lintor untuk menyusun buku tentang move on , kala itu kata move on sedang beken-bekennya, sekitar tahun 2014-2015? Iya sekitar segitu. Blio juga mengusulkan seorang psikolog bernama Pingkan Rumondor, yang dalam waktu dekat bakal mengisi seminar di Universitas Indonesia, untuk menulis buku soal move on  itu.  Proyek itu disambut hangat oleh mbak Pingkan. Dalam proses menulis dan mengedit naskah blio, saya pun mengunjungi tempat blio mengajar di Binus untuk ngobrol , hingga akhirnya dalam sebuah kunjungan, saya bertemu mbak Rani Agias Fitri . Di sana, lahirlah obrolan mengenai rencana penulisan buku blio mengenai introver, sebuah bidang yang menjadi kajian mbak Rani. Kebetulan saat itu, blio dan rekannya, Regi, tengah menyelesaikan proyek tugas akhir mengenai introver pula.  Pucuk dicinta ulam pun tiba, gitu kali ya peribahasanya. Saya pun usu...

yang terjadi pada 2015 saya

Sebentar lagi kita akan meninggalkan remah-remah kenangan (halah) tahun 2015 dan melangkah maju ke tahun baru. Tapi, nggak greget rasanya kalau belum melirik ke belakang; apa aja yang udah terjadi sama saya di 2015 lalu? Melirik aja ya, jangan menengok, nanti baper (halah lagi).
Hmm, saya rasa ini berguna buat refleksi, juga bersyukur atas apa yang kita dapat, bahkan atas apa yang kita tidak dapat. Mungkin masih Tuhan genggam untuk waktu yang lebih baik. Jodoh misalnya. Yah elah, baru opening aja udah baper saya. Peace.
Apa yang terjadi 2015 kemarin?

Dapet temen baru: Aya dan Nadia. 


Kita mulai dari yang terdekat dulu, ya. Merekalah yang “terdekat” dengan saya saat ini, physically. Sebenernya kita mulai temenan sejak 2014 lalu, tapi di 2015 ini bisa dibilang kami makin kenal satu sama lain. Kami jadi makin alert sama kapan saat si A bete, saat si B pengen keinginannya dituruti, apa yang bikin si C kesel, dan sebagainya. Bagi gue, mereka itu temen-temen jenis “baru”.
Nadia? Seolah dia ini nggak bisa marah. Kalau ngomel atau curhat aja sambil ketawa atau nyengir, jadi ya gimana mau kesel hahaha. Tapi orangnya super perhatian banget! Tipe kayak gini yang saya butuhkan untuk hidup bareng saya. And yes untungnya kami tinggal satu kos. Saat saya sakit atau butuh sesuatu, it so helpful for having Nadia besides me. Baik banget!
Aya? Hmm, pertama kali ada temen yang ngenalin Kpop ke saya sampai saya bener-bener… into banget sama Kpop, especially when it comes to EXO and dramas. Pertama kali punya temen yang kalau diajak makan pasti cari tau dulu itu tempat makan halal atau enggak. I mean, saya dan Casilda juga gitu. Tipe ukhti taat (tsaaaaaah). Tapi kami nggak sampai kepoin situs Majelis Ulama Indonesia atau MUI for checking the status of that restaurant; already has HALAL certificate or not yet. Daebak!
Ah, I remember that moment, when I have a meeting with two writers and my manager. I am the one who arrived first at Gandaria City. Saya nanya ke Manajer Redaksi, mau ketemuannya di mana. Beliau bilang J.Co aja. Jadilah saya nongkrong di JCo dengan something like green tea latte, lupa hahaha. Sama satu donat gratis. Saya check-in di Path. Rupanya Aya lihat. Dia langsung chat ke grup Whatsapp kami bertiga.

Nas, lo makan di J.Co?
Iya, Ay.
Meeting di situ?
Iya, kata Abang ketemuan di sini.
Tapi kan J.Co belum halal, Nas…

Jujur saya baru tahu kalau J.Co nggak halal…
Karena selama ini, jajan sama keluarga, nongkrong sama temen, ya di situ. Banyak juga muslim yang makan di sana. Kaget. Berarti, muslim di Indonesia belum begitu aware dengan makanan halal dong, ya? Berteman dengan Aya otomatis membawa saya pada prinsip yang sama: halal nggak makanan di sana?
Ah iya, Aya juga terbiasa puasa Senin-Kamis. Bahkan mungkin bagi dia hukumnya wajib, bukan sunnah lagi huahaha. Bagus juga rajin puasa Senin-Kamis, tapi inget ya, puasa itu enggak wajib. Jadi nggak perlu harus diwajib-wajibkan. Lagipula ibadah luas, kok. Banyak ragamnya. Walau memang, puasa Senin-Kamis itu keutamaannya luar biasa, karena saat hari Senin dan Kamis lah catatan amal kita naik ke hadapan Allah. Kan masya Allah kalau catatannya di-input sama Malaikat Rakib dan Atid saat kita sedang puasa.
Tapi tetep, sunnah.
Ketemu sama dua orang temen baru ini luar biasa banget. Berkah yang saya syukuri, meski saya terpaksa keluar dari dershane (asrama Turki), saya tetep dapat teman-teman yang “bener” dan baik. Hehehe.


Bukan cinta lama bersemi kembali, tapi temen lama tetap bersemi. 


Siapa lagi yang saya bicarakan, kalau bukan Tita-Vivi-Jeffry dan Acit-Cindy-Suvi-Tata-Tasya-Monic-Nene?
Tahun ini, saya bersama geng INSERT INVESTOGASI beberapa kali berhasil ngumpul. Kadang juga saya berdua ama Tita, bertiga ama Vivi, atau lengkap sama Jeff. Seneng banget masih bisa melewatkan tahun ini sama mereka, walau sudah bedaaaaa dunia, tapi tetep bisa ketemu dan berbagi.
Kalau ngobrol pun, udah pasti saya kalah suara. Zonanya beda. Tita-Vivi nyambung banget karena keduanya sama-sama jurnalis. Mereka juga masih bisa nyambung sama Jeff karena Jeff buruh korporat media terbesar di Indonesia hahaha. Lah saya? Beda dunia udah. Tapi tetap senang dan seru ngikutin cerita-cerita mereka saat kerja. Vivi makin tangguh, Jeffry makin… jomblo? HAHAHA ampun, koh. Tita makin… berani. Hehehe.
Bersama Acit dan Rempongers, kami juga beberapa kali kumpul. Sayangnya nggak pernah formasi lengkap. Terakhir waktu liburan di tempat Tasya. Setelahnya? Bahkan saya-Joms-Acit udah jarang ketemu. Alhamdulillah formasi lumayan lengkap waktu nikahan Suvi kemarin.

  
Ah, iya. Suvi getting married!


Ini berita besar! Finally one of Rempongers memecahkan rekor!
Hmm, saya nggak terlalu kaget kalau Suvi nikah secepat ini. Karena, di antara kami, menurut saya dialah yang matang mentalnya. Waktu dia cerita sejak awal soal Edo pun, saya udah yakin Suvi nggak akan main-main. Selamat ya, Suv! Bangga banget liat lo main settle. Semoga langgeng :)


First job, first “playground”.
Alhamdulillah, tahun 2015 juga masih jadi Editor di Literati. Setahun ini aja ada banyak hal terjadi. Baik suka maupun duka. Saat saya ditegur Abang gara-gara skip sama satu adegan di novel SWYTADGE, saat saya ditunjuk menangani penulis yang sulit, saat saya bahagia dapat penulis-penulis seru dan cerdas karyanya, saat Abang setuju sama naskah yang saya usulkan, saat Abang nitip makan siang mulu HAHAHA, juga.. saat Abang meninggalkan saya.
Dalam kesempatan ini, saya ingin berterima kasih juga sama Abang. Meski kemungkinan beliau baca posting-an ini itu sama dengan kemungkinan berat badan saya turun dalam sebulan, alias imposibru, tapi tetep.. makasih ya, Bang. Abang guru pertama saya, yang ngedidik saya bekerja dalam tim, berusaha ngatur egoisme saat mengerjakan suatu proyek, dan lainnya. Uuuuh.
Abang pergi, nggak berarti semua selesai. Segalanya masih sama. Naskah baru, penulis baru. Tempat ini akan selalu istimewa karena ini playground pertama saya. Tempat saya belajar, saya salah, atau saya benar. Walau begitu, target-target sudah dibuat, semoga diberikan yang terbaik sama Allah. Aamiin.


Menemukan sisi baru keluarga!


Seiring berjalan waktu, makin tualah kami. Saya, Fara, Akmal, juga Mama dan Ayah. Di penghujung 2015 ini, Akmal tumbuh jadi cowok super yang sangat bisa diandalkan, sabar, tangguh. Fara… hmmm… HAHAHA. Fara makin gencar dengan akademisnya. Bangga sih, tapi juga berdoa supaya dia bisa menjalani hidup lebih rileks.
Kalau Mamah, saya merasa beliau makin melibatkan kami pada apa yang beliau pikirkan, inginkan, atau hadapi. Beliau juga pernah terang-terangan bilang bahwa beliau khawatir atas keberadaan dua putrinya di luar kota. Beliau bahkan menyebut kami sebagai permata hidupnya. Awwww.
Ayah, seneng banget lihat beliau akhirnya ke Tanah Suci. Itu salah satu cita-cita Ayah sejak lama. Alhamdulillah kesampaian. Oh iya, makin ke sini Ayah suka nyenggol topik ke arah nikah. Mungkin sudah waktunya. Tapi, sama siapa? HA HA HA.
Di 2015 ini, saya juga makin merasakan kekuatan cinta keluarga saya terhadap seorang Inas. Mereka seolah tahu saya butuh terus dikuatkan, dan mereka selalu ada untuk saya. Orang-orang pertama yang membawa saya kembali pada Allah, setiap saat.


Discovering new world: KPOP AND EXO AND DRAMA AND EXO AND DRAMA AND EXO AND BIG BANG


Alright, so… semua ini gara-gara Aya. Dialah pembuka pintu dunia Kpop. Dia memperkenalkan kami dengan EXO dan drama-drama Korea yang berkualitas. Setelah saya dan Nadia bergabung, saya membawa mereka ke lubang Big Bang, Nadia membawa kami ke lubang BTOB. So many black holes in our life, hehehe.
Selain kualitas musik dan video Korea itu keren-keren, saya juga demen mengikuti mereka karena dunia entertainment Korea itu menarik untuk diperhatikan. Gimana bisa remaja-remajanya semangat jadi idol, kenapa juga para fans bisa sebegitu fanatiknya terhadap bias mereka, juga seberapa kuatnya pengaruh “kekuasaan,”, “koneksi”, “isu” dan “media” terhadap reputasi artis di sana. Menarik sih buat saya. Di belahan dunia lain nggak seheboh itu soalnya. Apalagi kultur Korea sebagai negara yang mewajibkan pendidikan militer pada setiap warganya. Hmm.

Cita-cita baru


Tahun depan, pengennya sih bisa dapat beasiswa S2 di Undip. Bisa disambil kerja dan bantu Mama-Ayah. Kalau nggak, ya cukup kerja di Semarang sambil fokus nulis dan nemenin Ayah-Mama. Kayaknya tahun ini sedikit cita-cita duniawi, deh. Kalau rezeki ya syukur, kalau nggak ya udah. Apatis, ya? Nggak semangat, ya?
Saya pengen membiarkan segalanya mengalir. Terjadilah yang harus terjadi. Di balik itu, saya harus bermetamorfosis jadi perempuan yang lebih baik.

Demikian!
Gimana dengan 2015 kamu?

:)

Komentar

Postingan Populer