Sebentar lagi kita akan
meninggalkan remah-remah kenangan (halah) tahun 2015 dan melangkah maju ke
tahun baru. Tapi, nggak greget rasanya kalau belum melirik ke belakang; apa aja
yang udah terjadi sama saya di 2015 lalu? Melirik aja ya, jangan menengok, nanti
baper (halah lagi).
Hmm, saya rasa ini berguna buat
refleksi, juga bersyukur atas apa yang kita dapat, bahkan atas apa yang kita
tidak dapat. Mungkin masih Tuhan genggam untuk waktu yang lebih baik. Jodoh
misalnya. Yah elah, baru opening aja udah baper saya. Peace.
Apa yang terjadi 2015 kemarin?
Dapet temen baru: Aya dan
Nadia.
Kita mulai dari yang terdekat
dulu, ya. Merekalah yang “terdekat” dengan saya saat ini, physically. Sebenernya kita mulai temenan sejak 2014 lalu, tapi di 2015 ini bisa dibilang kami
makin kenal satu sama lain. Kami jadi makin alert sama kapan saat si A
bete, saat si B pengen keinginannya dituruti, apa yang bikin si C kesel, dan sebagainya. Bagi gue, mereka
itu temen-temen jenis “baru”.
Nadia? Seolah dia ini nggak bisa
marah. Kalau ngomel atau curhat aja sambil ketawa atau nyengir, jadi ya gimana mau kesel hahaha. Tapi orangnya super perhatian banget!
Tipe kayak gini yang saya butuhkan untuk hidup bareng saya. And yes untungnya
kami tinggal satu kos. Saat saya sakit atau butuh sesuatu, it so helpful for
having Nadia besides me. Baik banget!
Aya? Hmm, pertama kali ada temen
yang ngenalin Kpop ke saya sampai saya bener-bener… into banget sama
Kpop, especially when it comes to EXO and dramas. Pertama kali punya
temen yang kalau diajak makan pasti cari tau dulu itu tempat makan halal atau
enggak. I mean, saya dan Casilda juga gitu. Tipe ukhti taat (tsaaaaaah).
Tapi kami nggak sampai kepoin situs Majelis Ulama Indonesia atau MUI for
checking the status of that restaurant; already has HALAL certificate or not
yet. Daebak!
Ah, I remember that moment,
when I have a meeting with two writers and my manager. I am the one who arrived
first at Gandaria City. Saya nanya ke Manajer Redaksi, mau ketemuannya di
mana. Beliau bilang J.Co aja. Jadilah saya nongkrong di JCo dengan something
like green tea latte, lupa hahaha. Sama satu donat gratis. Saya check-in
di Path. Rupanya Aya lihat. Dia langsung chat ke grup Whatsapp kami
bertiga.
Nas,
lo makan di J.Co?
Iya,
Ay.
Meeting
di situ?
Iya,
kata Abang ketemuan di sini.
Tapi
kan J.Co belum halal, Nas…
Jujur saya baru
tahu kalau J.Co nggak halal…
Karena selama
ini, jajan sama keluarga, nongkrong sama temen, ya di situ. Banyak juga muslim
yang makan di sana. Kaget. Berarti, muslim di Indonesia belum begitu aware dengan
makanan halal dong, ya? Berteman dengan Aya otomatis membawa saya pada prinsip
yang sama: halal nggak makanan di sana?
Ah iya, Aya
juga terbiasa puasa Senin-Kamis. Bahkan mungkin bagi dia hukumnya wajib, bukan
sunnah lagi huahaha. Bagus juga rajin puasa Senin-Kamis, tapi inget ya, puasa
itu enggak wajib. Jadi nggak perlu harus diwajib-wajibkan. Lagipula ibadah
luas, kok. Banyak ragamnya. Walau memang, puasa Senin-Kamis itu keutamaannya
luar biasa, karena saat hari Senin dan Kamis lah catatan amal kita naik ke
hadapan Allah. Kan masya Allah kalau catatannya di-input sama Malaikat
Rakib dan Atid saat kita sedang puasa.
Tapi tetep,
sunnah.
Ketemu sama dua
orang temen baru ini luar biasa banget. Berkah yang saya syukuri, meski saya
terpaksa keluar dari dershane (asrama Turki), saya tetep dapat teman-teman yang
“bener” dan baik. Hehehe.
Bukan cinta
lama bersemi kembali, tapi temen lama tetap bersemi.
Siapa lagi yang
saya bicarakan, kalau bukan Tita-Vivi-Jeffry dan
Acit-Cindy-Suvi-Tata-Tasya-Monic-Nene?
Tahun ini, saya
bersama geng INSERT INVESTOGASI beberapa kali berhasil ngumpul. Kadang juga
saya berdua ama Tita, bertiga ama Vivi, atau lengkap sama Jeff. Seneng banget
masih bisa melewatkan tahun ini sama mereka, walau sudah bedaaaaa dunia, tapi
tetep bisa ketemu dan berbagi.
Kalau ngobrol
pun, udah pasti saya kalah suara. Zonanya beda. Tita-Vivi nyambung banget
karena keduanya sama-sama jurnalis. Mereka juga masih bisa nyambung sama Jeff karena
Jeff buruh korporat media terbesar di Indonesia hahaha. Lah saya? Beda dunia
udah. Tapi tetap senang dan seru ngikutin cerita-cerita mereka saat kerja. Vivi
makin tangguh, Jeffry makin… jomblo? HAHAHA ampun, koh. Tita makin… berani. Hehehe.
Bersama Acit
dan Rempongers, kami juga beberapa kali kumpul. Sayangnya nggak pernah formasi
lengkap. Terakhir waktu liburan di tempat Tasya. Setelahnya? Bahkan
saya-Joms-Acit udah jarang ketemu. Alhamdulillah formasi lumayan lengkap waktu
nikahan Suvi kemarin.
Ah, iya. Suvi getting
married!
Ini berita besar! Finally one
of Rempongers memecahkan rekor!
Hmm, saya nggak terlalu kaget
kalau Suvi nikah secepat ini. Karena, di antara kami, menurut saya dialah yang
matang mentalnya. Waktu dia cerita sejak awal soal Edo pun, saya udah yakin
Suvi nggak akan main-main. Selamat ya, Suv! Bangga banget liat lo main settle.
Semoga langgeng :)
First job, first “playground”.
Alhamdulillah, tahun 2015 juga
masih jadi Editor di Literati. Setahun ini aja ada banyak hal terjadi. Baik suka
maupun duka. Saat saya ditegur Abang gara-gara skip sama satu adegan di
novel SWYTADGE, saat saya ditunjuk menangani penulis yang sulit, saat saya
bahagia dapat penulis-penulis seru dan cerdas karyanya, saat Abang setuju sama
naskah yang saya usulkan, saat Abang nitip makan siang mulu HAHAHA, juga.. saat
Abang meninggalkan saya.
Dalam kesempatan ini, saya ingin
berterima kasih juga sama Abang. Meski kemungkinan beliau baca posting-an ini
itu sama dengan kemungkinan berat badan saya turun dalam sebulan, alias imposibru,
tapi tetep.. makasih ya, Bang. Abang guru pertama saya, yang ngedidik saya
bekerja dalam tim, berusaha ngatur egoisme saat mengerjakan suatu proyek, dan
lainnya. Uuuuh.
Abang pergi, nggak berarti semua
selesai. Segalanya masih sama. Naskah baru, penulis baru. Tempat ini akan
selalu istimewa karena ini playground pertama saya. Tempat saya belajar,
saya salah, atau saya benar. Walau begitu, target-target sudah dibuat, semoga
diberikan yang terbaik sama Allah. Aamiin.
Menemukan sisi baru keluarga!
Seiring berjalan waktu, makin
tualah kami. Saya, Fara, Akmal, juga Mama dan Ayah. Di penghujung 2015 ini,
Akmal tumbuh jadi cowok super yang sangat bisa diandalkan, sabar, tangguh. Fara…
hmmm… HAHAHA. Fara makin gencar dengan akademisnya. Bangga sih, tapi juga
berdoa supaya dia bisa menjalani hidup lebih rileks.
Kalau Mamah, saya merasa beliau
makin melibatkan kami pada apa yang beliau pikirkan, inginkan, atau hadapi. Beliau
juga pernah terang-terangan bilang bahwa beliau khawatir atas keberadaan dua
putrinya di luar kota. Beliau bahkan menyebut kami sebagai permata hidupnya. Awwww.
Ayah, seneng banget lihat beliau
akhirnya ke Tanah Suci. Itu salah satu cita-cita Ayah sejak lama. Alhamdulillah
kesampaian. Oh iya, makin ke sini Ayah suka nyenggol topik ke arah nikah. Mungkin
sudah waktunya. Tapi, sama siapa? HA HA HA.
Di 2015 ini, saya juga makin merasakan kekuatan cinta keluarga saya terhadap seorang Inas. Mereka seolah tahu saya butuh terus dikuatkan, dan mereka selalu ada untuk saya. Orang-orang pertama yang membawa saya kembali pada Allah, setiap saat.
Discovering new world: KPOP
AND EXO AND DRAMA AND EXO AND DRAMA AND EXO AND BIG BANG
Alright, so… semua ini
gara-gara Aya. Dialah pembuka pintu dunia Kpop. Dia memperkenalkan kami dengan
EXO dan drama-drama Korea yang berkualitas. Setelah saya dan Nadia bergabung,
saya membawa mereka ke lubang Big Bang, Nadia membawa kami ke lubang BTOB. So
many black holes in our life, hehehe.
Selain kualitas musik dan video
Korea itu keren-keren, saya juga demen mengikuti mereka karena dunia entertainment
Korea itu menarik untuk diperhatikan. Gimana bisa remaja-remajanya semangat
jadi idol, kenapa juga para fans bisa sebegitu fanatiknya terhadap bias
mereka, juga seberapa kuatnya pengaruh “kekuasaan,”, “koneksi”, “isu” dan “media”
terhadap reputasi artis di sana. Menarik sih buat saya. Di belahan dunia lain
nggak seheboh itu soalnya. Apalagi kultur Korea sebagai negara yang mewajibkan pendidikan
militer pada setiap warganya. Hmm.
Cita-cita baru
Tahun depan, pengennya sih bisa
dapat beasiswa S2 di Undip. Bisa disambil kerja dan bantu Mama-Ayah. Kalau nggak,
ya cukup kerja di Semarang sambil fokus nulis dan nemenin Ayah-Mama. Kayaknya tahun
ini sedikit cita-cita duniawi, deh. Kalau rezeki ya syukur, kalau nggak ya
udah. Apatis, ya? Nggak semangat, ya?
Saya pengen membiarkan segalanya
mengalir. Terjadilah yang harus terjadi. Di balik itu, saya harus
bermetamorfosis jadi perempuan yang lebih baik.
Demikian!
Gimana dengan 2015 kamu?
:)
Komentar
Posting Komentar