Langsung ke konten utama

Unggulan

[REVIEW BUKU] Ada Apa dengan Introver: Siapa, Mengapa, dan Bagaimana

Mungkin memang enggak ada yang namanya kebetulan, melainkan takdir.  Takdir untuk buku ini adalah, saya dapat masukan dari Mbak Lintor untuk menyusun buku tentang move on , kala itu kata move on sedang beken-bekennya, sekitar tahun 2014-2015? Iya sekitar segitu. Blio juga mengusulkan seorang psikolog bernama Pingkan Rumondor, yang dalam waktu dekat bakal mengisi seminar di Universitas Indonesia, untuk menulis buku soal move on  itu.  Proyek itu disambut hangat oleh mbak Pingkan. Dalam proses menulis dan mengedit naskah blio, saya pun mengunjungi tempat blio mengajar di Binus untuk ngobrol , hingga akhirnya dalam sebuah kunjungan, saya bertemu mbak Rani Agias Fitri . Di sana, lahirlah obrolan mengenai rencana penulisan buku blio mengenai introver, sebuah bidang yang menjadi kajian mbak Rani. Kebetulan saat itu, blio dan rekannya, Regi, tengah menyelesaikan proyek tugas akhir mengenai introver pula.  Pucuk dicinta ulam pun tiba, gitu kali ya peribahasanya. Saya pun usu...

Naik Tawang Jaya Premium ke Pernikahan Tata!

HAI!

Sudah setebal apa ya debu di blog ini? Hehehe. Lama tidak bisa mengisi karena ada kesibukan dan kurangnya waktu untuk berlama-lama di depan laptop. Ehm.

Terakhir nulis di blog adalah tentang perjalanan saya ke Jakarta saat bulan puasa yang super random. Nah belum lama ini saya ke Jakarta lagi untuk menghadiri pernikahan sahabat saya, Tata.

Sebenarnya sejak balik ke Semarang, saya tidak pernah bisa memenuhi undangan pernikahan teman-teman di Jakarta, kecuali waktu nikahnya Casil. Waktu Indah nggak datang, Tasya nggak datang, Kak Erika nggak datang, Kak Mel juga nggak bisa. Semoga pada maklum, huhuhu. Alhamdulillah waktu nikahan Tata ada waktu, sudah kangen sampai ubun-ubun sama teman-teman Rempongers. Hihihi.

Berangkat ke Jakarta, saya penasaran dengan kereta Tawang Jaya Premium, karena sama sekali belum pernah naik kereta ini. Pernahnya naik Menoreh, atau Brantas. Cuma sekali naik kereta eksekutif ke Jakarta, hihihi. Mihil.

Dan ternyata... Tawang Jaya Premium itu enak, ya!!

Pertama; saya nggak tahu sih ini sudah lama atau gimana, karena baru ini naik keretanya. Tapi suka deh dengan nuansa kemudaan, atau sebutlah kekinian, yang diusung kereta ini. Keliatan dari slogan di kaos yang mereka pakai ini; young, fresh, cheerful. Seumur-umur naik kereta, baru kemarin saya lihat ada kakak-kakak, anak muda yang standby di depan kereta, untuk mengarahkan dan membantu penumpang. Petugas ini, kakak-kakak muda ini, memberi kesan yang spesial bagi saya sebagai anak kereta. Unik, gitu. Atau emang saya saja yang berlebihan, dan karena seringnya naik Menoreh, jadi nggak pernah lihat pemandangan seperti gini, hehehe.


Kedua, nah ini faktor utama kenapa saya suka Tawang Jaya Premium: tempat duduknya tidak berhadap-hadapan! Finally! Di gambar ini kurang kelihatan, ya? Sorry. Tapi intinya sih begitu, tempat duduknya tidak dibuat berhadapan seperti Berantas, Menoreh, dan lainnya. Kenapa menyenangkan? Karena tidak perlu merasa awkward dan "terpaksa" ngobrol dengan siapa pun di dekat kita. Tidak harus bertatapan mata, kesenggol kaki dengan penumpang yang duduk di depan; enak deh! Introver-nya keluar ini. Hehehe. 



Sempet baca-baca Joe Sacco dulu sambil selonjoran kaki, pas bangku sebelah kosong, ahey! Ini buku Joe Sacco edisi Palestina Membara

Itu sih dua alasan utama kenapa saya suka kereta ini. Emm, toiletnya juga lengkap, ada versi duduk maupun jongkok. Tapi jelas, toilet jongkok adalah juara! Waktu pertama masuk sih wangi banget. Begitu masuk kedua kali, sudah pesing dan kotor. Khas kereta kita, lah. Huft.

Sepertinya kalau ke Jakarta mau naik kereta ini lagi aja. Nyaman. Tapi, apapun keretanya, yang penting sih amunisinya tetap komplit. Headset, buku, cemilan, tisu basah dan kering, serta... masker! Kenapa masker? Supaya kalau ketiduran dan mulutnya mangap-mangap nggak keliatan orang, hehehe. Aib, boy!

Begitu merapat di Stasiun Senen, dini hari, saya langsung cari yang hangat-hangat; bakso Es Teler 77 andalankuuuu! Teh manis hangatnya enak.

Lanjut shalat Subuh di mushola. Begitu agak terang, saya pesan Go Car dan lanjut perjalanan ke rumah Tante di Tangerang. Anyway, bulannya penuh, ya. Sepenuh harapanku padamu... jrenggggg~~


Sampai di Tangerang, ngapain aja? Mandi, bobok, makan, jalan sore sama Adek, lalu malamnya kondangan, deh. Luar biasa bahagia ketemu manusia-manusia ini :')

Monsky - Acit - Teh Windy - Inas Kyut - Cindybeb - Nene

Tim Rempong plus baby Carole!!

Kira-kira begitulah perjalanan ke Tangerang kali ini.

Foto sama pengantinnya belum ada yang bagus, jadi nggak saya bagikan di sini, deh. Hehehe. Ini pernikahan yang spesial, karena Tata adalah sahabat yang spesial juga. Saya sudah kenal dengan keluarga Tata, terutama Mama Papa doi. Dari zaman ada Engkong sampai Engkong meninggal, sering sekali saya menumpang tidur di rumah doi. Pagi-pagi bangun Subuhan, lanjut menemani Tata beraktivitas, sudah merasakan juga keseruan Mama Tata di kiosnya di pasar. Tata tinggal di lingkungan yang mayoritas Tionghoa juga, jadi sebuah pemandangan dan pelajaran baru buat saya.

Dulu, Tata ini sahabat jomblo saya. Di geng kami, rata-rata suda pada berpacar semua. Saya dan Tata selalu berdua. Kini Tata jadi seorang istri, kelak jadi ibu dari anaknya. Semoga Tata kian diberkahi.

*nangis deh*

Komentar

Postingan Populer