|
Paperbag dari Buku Pocer |
Seperti yang kalian ketahui –atau mungkin kalian tidak tahu, ya nggak apa juga sih, bukan salah kalian, enggak bakal jadi pertanyaan dalam kubur juga—saya punya trust issue dengan toko online. Apapun itu, menjual buku, baju, apalagi perangkat elektronik. Ya, saya memang orangnya susah dibikin percaya.
Maka kalau kamu sudah dapat kepercayaan dariku, itu artinya kamu spesial – apalagi kalau yang kupercayakan adalah hatiquuu auuuuw~
Saya juga tak tahu bagaimana ini bermula. Ibarat jatuh cinta, semua terjadi begitu saja. Kami nyaman bertukar pesan, menanyai kabar, berbagi aktivitas, saling menyemangati, terbuka dengan hal-hal pribadi… eh itu mah aku sama kamu, ya.
Intinya, akhirnya, belanja online pertama saya adalah belanja buku. Dan di sinilah saya sudah meninggalkan jejak;
BUKU POCER
Ini juara banget, lah. Bukan tempat belanja online pertama, tapi ini tempat andalan saya. Apa saja ya yang sudah saya beli? Kalau tidak salah, bermula dari stand Buku Pocer di Pesta Sejuta Buku Semarang. Saat itu saya ingat melihat satu buku bersampul merah dengan judul “Kudeta” dan “Demokrasi” dan entah apa. Lalu karena gatal ingin membaca buku itu, saya tanya via pesan ke Instagram @bukupocer, dan dari sanalah semua bermula.
Kenapa sering belanja di sana? Karena adminnya asik, bisa tanya-tanya buku dengan nyaman, aku pun bahagia berbelanja di sana. Selain itu, karena buku yang dijual di sana memang kebanyakan sesuai dengan seleraku.
Sekarang jadi kebiasaan deh: kalau mau nyari buku apa, pasti pertama nanya ke Buku Pocer dulu apakah mereka punya bukunya atau tidak. Sejauh ini sudah beli buku puisi Bagian dari Kegembiraan (Acep Zamzam Noor), Kota Kata-Kata (Suhendi Pusap), Sajak & Soneta Cinta (Pablo Neruda), Dawuk (Mahfud Ikhwan), dan sepertinya Aku dan Film India Melawan Dunia jilid II (Mahfud Ikhwan lagi) juga beli di sono. Ah, sama Seni Mencintai-nya Erich Fromm. Ada buku-buku lain tapi lupa apa. Kepoin buku mereka lainnya di: @bukupocer.
GERAK BUDAYA
Ini dia bakal salah satu toko buku paporitkuh. Sudah kepo sejak lama, tapi ketemu pertama di Wednesday Forum-nya Ismail Fajrie Alatas. Keluar dari forum, eh kok ada mas-mas Gerak Budaya buka stand? Tak kuasa kumelipir ke sana meski diri ini tau aku sedang fakir-sefakir-fakirnya. Kutemukan buku Kritik Nalar Arab punya Al-JaBiri dan Islam dan Demokrasi karya mbak Fatima Mernissi di sana. Sempet galau karena nggak bawa duit hehehe. Mas-mas Gerak Budaya pun menawarkan, "Bawa dulu aja, Mbak, nanti bisa transfer saya. Sini nomernya Mbak mana, saya kasitau nomer rekening kami." Alhamdulillah bisa bawa dua buku itu dulu, baru transfer pas udah memungkinkan, dan semua berakhir bahagia.
Kenapa suka belanja di sana? Karena, sekali lagi, banyak bukunya yang relate dengan isu-isu kesukaan saya, jadi ya cus aja. Sepertinya ke depan bakal sering main ke lapak mereka karena telah terjalin jejak bersejarah antara saya dan GerBud: ia mempertemukan saya dengan mbak Fatima Mernissi yang luar biasa itu!! Kamu bisa jumpai mereka di Instagram: @gerakbudaya.bookstore.jogja.
BACA BUKU DULU
Sebenarnya, Baca Buku Dulu bukan cuma toko online. Seperti Gerak Budaya, kamu juga bisa menemui toko offline mereka di daerah Lempongsari, Semarang. Saya sudah main ke sana, dan… wow. Asik betuuuul, apalagi sekarang udah ada kipas anginnya heheheheheheeh :p Pengalaman beli buku Ekofenomenologi-nya Saras Dewi di sana. Terakhir sih main ke tokonya langsung dan membawa pulang Ahmadinejad: Kisah Rahasia Sang Pemimpin Radikal Iran karya Kasra Naji --tidak dapat diskon, tapi dapat sop ceker yaampuuun~
Kamu bisa puas kepo-kepo buku dulu sebelum beli. Harganya pas, tapi konon kalau beli di atas 100k bakal dapat diskon 10 persen. Bisa dapat diskon lebih, asal kamu ngomong baik-baik sama yang punya, bilang aja kamu anak kos yang memilih menjajakan uang makan untuk buku. Siapa tau doi luluh lalu tak hanya memberi diskon, tapi juga diajak makan sop cekernya yang endes bambang itu~
Kenapa beli buku di sana? Soalnya, kenal dengan owner-nya yang mana adalah Ibu Guru dan Mas Penyair -- keduanya sastrawan ciamik Semarang. Sama dengan Buku Pocer, saya juga terbiasa nanya dulu ke admin BaBuDu apakah ada buku ini itu. Kalau ada, prefer beli di mereka dulu. Mungkin karena kenal juga, jadi lebih nyaman belanja di sini, eheheh. Kamu bisa tanya-tanyai buku jualan mereka di Instagram: @bacabukudulu.
TOKO BACA
Barangkali pengalaman pertama saya beli buku online justru di Toko Baca, dan buku beruntung itu adalah Ayah punya Andrea Hirata di sana. Waktu itu, satu hari di bulan Juni, saya ingin merayakan ulang tahun lebih awal. Ingin memberi hadiah dari diri sendiri untuk diri sendiri. Kebetulan Ayah lagi popular-populernya. Jadilah saya pesan ke Toko Baca. Selain itu, ada beberapa buku lain yang saya beli, salah satunya Catatan Najwa yang tentunya ditulis oleh mbak Najwa Shihab.
Kenapa belanja buku di sana? Karena kenal dengan orangnya kali, ya. Mas Heru, pengurus Toko Baca, adalah rekan kerja dulu di Lentera Hati. Jadinya asik aja nanya ke doi, “Ada buku ini nggak, Mas?” Secara offline, saya juga beli beberapa buku di sana, termasuk biografi Prof. Quraish Shihab, Cahaya, Cinta dan Canda. Gih sambangi situs www.tokobaca.com untuk keterangan lebih lanjut!
**
Bisa disimpulkan, toko-toko di atas saya pilih karena rasa nyaman saat belanja dan tersedianya buku yang sesuai selera banget! Sejak nyaman belanja buku online, saya jadi pede belanja online produk lain.
Tapi, entah online atau offline, tetep aja..
enakan belanja buku...
sama kamu.
:)
with love,
InasShaby
Komentar
Posting Komentar