Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
menstruasi
mendengar kata itu saja rasanya sudah melelahkan.
aku mens sejak SD, lupa kelas berapa, mungkin lima. ada darah di celanaku suatu siang. hari itu seragamnya rok biru tua, jadi tak terlalu terlihat dari luar. aku kaget, tapi aku tahu itu apa, aku tahu anak-anak perempuan pernah bertanya kepada satu kawan kami yang sudah haid.
sampai rumah, aku bilang pada mama. mama panik. anak pertamanya, perempuan, menstruasi. Apakah terlalu dini? bersama ayah, ia membawaku ke seorang dokter perempuan yang dulu membantu mama melahirkanku. kata dokter, wajar, tak ada masalah. mama lega.
aku belajar memakai pembalut. merek A, itu merk kesukaanku pada awalnya, hingga ketika aku kuliah, aku berpikir untuk ganti merek.
soalnya, tiba-tiba, merek A tak nyaman dipakai. maka mulailah aku mengembara menjajal satu dan yang lain. proses ini tidak nyaman. pertama, pilihan produk pembalut terlalu banyak. kamu pun membutuhkan ukuran yang berbeda untuk versi malam, atau versi sedang deras-derasnya. kedua, proses coba-coba itu juga mengesalkan kalau dikenang. betapa tidak tentramnya aku memakai pembalut yang bikin ruam, gatal, memar, haduh.
pengembaraan itu berhenti ketika aku mengenal merek B. super nyaman, meski agak mahal.
tapi, itu belum "cobaan besar" menstruasi.
terjadi transisi sindrom pra-menstruasi pada diriku mulai tahun 2014, ketika aku merantau di Ciputat dan bekerja di sana, sampai sekarang ini, di umurku yang dua tahun lagi genap tiga puluh.
siklus menstruasiku jarang lancar, jarang tepat waktu. konon, stres berpengaruh pada siklus mens.
cilaka betul, karena stres ini kan abstrak, yak. jujur aku nggak tau kapan aku stres dan tidak stres. Stres tuh dari pikiran, kata orang-orang. udah jangan banyak mikir, katanya.
aduh, absurd sekali. sementara setiap hari bakal ada aja yang kupikirkan.
perkara stres ini sampai sekarang pun mengendap di aku. berpengaruh di tubuhku. sepertinya harus belajar mengelola stres. tapi bagaimana mengelola barang yang tak nampak ini?
menginjak umur, berapa ya.. pokoknya ketika aku bekerja di Ciputat, kira-kira 22 tahun. kala itu, siklus mens-ku kian berat. gejala yang kualami sebelum menstruasi semakin menyakitkan. biasanya hanya pusing, atau sedikit sakit perut. kini: pusing dan lemas sekujur badan.
sampai suatu hari, aku bolos ngantor: hanya terbujur kaku di kasur. badanku hangat-dingin.
jika digunakan untuk bergerak, sendi-sendi terasa nyeri. bahkan sekadar berguling sedikit di kasur itu berat! aku pun bercerita pada ayah melalui Whatsapp, bahwa aku sedang sakit. beliau lalu menelepon, dan begitu mendengar suaranya, aku langsung menangis.
rasanya kayak mau mati.
aku bahkan sudah melafazkan syahadat dan istighfar berkali-kali.
eh, ternyata nggak mati. hahaha. malamnya aku mulai mendingan. dan besoknya barulah mens keluar.
kupikir itu, itu titik gejala menstruasi terberat. aku salah.
ketika aku mulai kuliah lagi di Jogja, terjadi perubahan gejala dan peningkatan intensitas nyeri yang kualami pra-menstruasi. jika dulu pusing sedikit dan sakit perut sedikit, menjadi: migren kelas international, lemas lahir batin, mood ancur.
seniorku bahkan jadi hapal siklus menstruasiku yang kacau gara-gara seringkali dia bertanya di mana aku ketika forum hari Rabu digelar atau ketika ada rapat rutin yang kulewatkan. teman-teman bakal menjawab, "pulang kos, lagi datang bulan."
syit.
ketika gelombang cinta itu datang (iya, gelombang cinta bukan cuma mules-mules mau melahirkan, tapi juga ketika si Bulan Merah datang), aku cuma bisa tergelatak dengan badan demam di kasur kos. nggak bisa bangun.
oh, belum lagi soal pikiran-pikiran buruk yang tiba-tiba menumpuk dan memutuskan untuk menghantuiku setiap mau mens. wah, luar biasa. itulah kenapa hari-hari sebelum mens biasanya terisi dengan tangisan dan erangan dan keputusasaan dan keinginan untuk menyerah.
sekarang, di umur hampir 30 ini, intensitas kepedihan jelang mens itu meningkat lagi: ini mau sampai kapan woy meningkatnya? konon sih, bakal reda dan membaik setelah menikah. waduh, mungkin memang kudu dilekaskan!
saat ini, serangan jelang mens datang dalam bentuk kombo. kalau kombo paket hemat makan ayam geprek bonus tempe tahu kremesan dan es teh sih nggak apa-apa. nah ini kombonya: migren dahsyat, sakit perut kayak ditarik dan diputer-puter, badan lemes, demam, mood senggol bacok.
kelar.
aku akhirnya mengikuti sebuah kelas meditasi untuk menstruasi. isinya teknik gerakan yoga yang bisa dipraktekkan untuk mengurangi rasa sakit kala mens. aku juga mulai rajin minum jamu biar mens teratur. tapi itu nggak ngaruh 100%.
momok nomor satu tetep: STRES.
2 bulan lalu, aku nggak menstruasi. bulan lalu, aku menstruasi hanya di hari pertama. ngeri. hari berikutnya, nggak keluar. padahal gejalanya ada: demam, migren, sakit perut. memang, bulan lalu itu adalah bulan terberat dalam hidupku.
untungnya, bulan ini mens kembali lancar.
this is clearly not an easy journey.
tapi fakta bahwa aku masih bertahan hingga sekarang sekalipun sakit dan berdarah tiap bulan adalah sebuah keluarbiasaan.
terima kasih, diriku.
Postingan Populer
Analisa Cerpen “Tikus dan Manusia” Karya Jakob Sumardjo
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Analisa Novel Karya Mira W: Sisi Merah Jambu, oleh Inasshabihah
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar