Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

#BukaBuku Menjadi "Modern" Lewat Berita

"Pengetahuan umum yang rendah yang dimiliki sebagian generasi muda kita di Indonesia patut menjadi pemikiran kita semua. Sebenarnya salah satu jalan terbaik guna meningkatkan pengetahuan umum ini ialah jika surat kabar dijadikan bagian dari mata pelajaran di sekolah-sekolah, dimulai dengan kelas-kelas tertinggi di sekolah dasar, terus ke SMP, SMA, dan universitas.

Program ini punya tujuan-tujuan utama: untuk mempertinggi hasrat murid mengetahui apa yang terjadi di dunia dan apa yang dikatakan orang tentang segala rupa perkembangan dunia serta untuk meninggikan kemahiran murid membaca surat kabar dan menimbulkan pula kesadaran pula di kalangan murid mengenai peranan pers dalam masyarakat yang bebas. 

Di Indonesia, program yang serupa sebenarnya juga dapat dilakukan di sekolah-sekolah tanpa menambah beban Departemen Pendidikan. Sekali atau dua kali seminggu murid-murid dapat diharuskan membawa koran-koran yang dilanggani orangtua mereka ke sekolah dan guru-guru memimpin penelitian dan pembicaraan isi surat kabar. Mungkin Yayasan Pembina Pers Indonesia bersama SPS, PWI, IPMI, dan Departemen Penerangan serta Departemen Pendidikan dapat melakukan kerja sama menyelenggarakan latihan orientasi bagi guru-guru dahulu, untuk kemudian mengadakan beberapa percobaan di beberapa sekolah yang dipilih.

Membuka pikiran anak-anak dan pemuda pada apa yang terjadi di dunia sekeliling mereka, menanamkan pengertian-pengertian berpikir bebas pada mereka, amat sangat pentingnya bagi usaha-usaha kemajuan dan modernisasi rakyat kita."

(Surat Kabar sebagai Mata Pelajaran Sekolah dalam Tajuk-Tajuk Harian Mochtar Lubis di Harian Indonesia Seri 2)

Apa jadinya kalau diterapkan di era sekarang?

Siswa-siswa juga mungkin bingung lantaran berita kita punya aneka framing yang "amazing". Framing ini terkait juga dengan ekonomi politik media, keberpihakan, iklan, ideologi, dan sebagainya. Adanya media online juga bakal jadi wacana baru untuk mempertimbangkan keberadaan mata pelajaran tersebut. Tapi ini relevan untuk sejak dini mengarahkan anak-anak bangsa agar mampu memfilter informasi apa yang layak atau tidak untuk diterima. 

Komentar

Postingan Populer