Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

I have no idea.


Awalnya? I have no ide about what I do. 

Demi Tuhan, ini bukan pelampiasan. Aku hanya mencoba membuka kembali karat-karat kecil yang mulai menghinggapi hati, sebelumnya benar-benar karatan. Dan nyatanya ini susah. Dua tahun tak disapa sedemikian intim, rasanya hati ini benar-benar berat mengasihi.

Lalu semuanya berubah. Mulai dari candaan, sapaan, pertanyaan biasa, yang berubah menjadi “sayang”. Masih saja, I have no idea about what I do. I’m dead.

Lalu semuanya makin berubah. Kini kami sudah bukan dua orang asing. Bukan lagi dua teman lama yang berbagi kisah dan informasi sederhana. Semuanya menjadi serba spesial. Tidak lagi biasa, tapi mulai menjalin makna.

Kata “sayang”, “kangen”, semuanya sudah jadi sarapan, makan siang, dan makan malam sehari-hari. Mungkin malah makan sore. Perhatian yang dia berikan pun makin menjurus. Makin detail. Makin menuntut. Makin galak!

Memang belum seluruh hati aku berikan, dan tak akan pernah. Seperti nasehat seorang teman, “Jangan pernah mencintai sepenuh hati, kalau tak mau sakit belakangan.”

Bersyukur? Iya, aku tentu saja mensyukuri semua ini. Terima kasih Tuhan karena memberiku keajaiban, yaitu perhatian dan kasih sayangnya.

Bahagia? Umm, iya lah. Aku ada di posisi yang diinginkan para gadis. Aku memiliki seseorang yang menyayangiku, rela memenuhi satu dua tiga keinginanku, dan tak akan melepas matanya dari aku.

Akhirnya, aku menyayanginya.

Iya.

Aku menyayangi caranya memperhatikanku. Ia hampir selalu menghardik jika aku bande. Dia sangat baik. Tapi galak. Lol. Aku menyukai caranya mengungkapkan kejujuran. Meksi aku masih saja Inas yang posesif, yang sangat susah dibuat percaya.

Baiklah, mari mulai menjalankan peran. Sekarang, aku gadisnya. Tak ada yang bisa meraba sampai kapan. Aku pun tidak. Tak ada yang bisa menebak jalan ceritanya. Jadi, silakan duduk dan nikmati saja, sementara aku di sini menyusun cerita.

Morning!

Komentar

Postingan Populer