Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear Rawi (1)

Halo, Nak.  Ini tulisan pertama Uma untukmu. Awalnya Uma berpikir menulis diary yang bisa kamu baca. Bukunya masih ada, di lemari buku di rumah Akung. Tapi waktu membuatnya tak lagi terisi. Waktu Uma habis untuk membersamaimu, bekerja, lalu mengurus rumah, dan sisa sedikit untuk tidur atau memuaskan hasrat Uma sendiri, seperti membaca buku atau menulis. Maka Uma memilih menulisnya di sini, di blog Uma, ruang yang mungkin bisa diakses oleh banyak orang, tapi tulisan-tulisan ini khusus buatmu. Uma pikir, menyimpannya di ruang digital macam ini akan lebih membuatnya abadi . Tidak akan rusak terkena air, rayap, atau tersobek dan sulit dibaca.  Rawi, umurmu sudah dua tahun, tapi Uma masih penuh kekurangan dalam merawatmu. Hari ini saja, kita baru pulang dari dokter. Kabarnya, tinggi badanmu kurang. Padahal sudah begitu limpah-ruah Uma memberikan makanan sehat untukmu, semuanya berprotein, kecuali beberapa kali kau makan biskuit dan cracker.  Rupanya, justru, menurut dr. Fanny,...

lalu, tapi lalu.

lalu,
ketika kurasa menunggumu hanya menyisakan kelelahan tanpa jawaban,
aku memilih meletakkanmu diam-diam di kemewahan; yakni dalam doa

di sana, di dalam doa,
cerita tentangmu akan terdengar lebih sunyi, tapi abadi
namamu akan sampai ke langit Allah
cukup kini aku dan Allah yang tahu,
betapa dirimu istimewa,
betapa aku menyukainya sejak awal,
sungguh bahkan sebelum kamu menyadarinya,
dan hingga nanti, hingga satu-satunya yang kau ingat dariku adalah;
"perempuan ini menyayangiku dengan hatinya yang tulus itu."

tapi lalu,
saat kau sadar itu,
entah namamu yang masih kusebut pada Tuhan,
atau tergantikan oleh nama lain;
sosok yang lebih berani, lebih cinta

lalu,
kisah kita hanya akan jadi remang-remang cahaya
redup nian
enggan mati tapi tak kuasa hidup
terengah-engah diantara kenyataan,
bahwa "cinta saja tak cukup", kau harus jadi lelaki pemberani

sebesar itulah aku berharap padamu.

Komentar

Postingan Populer