Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (3)

Raw, ada banyak momen dalam hidup Uma ketika Uma merasa tidak berharga, meski Uma telah melakukan yang terbaik, meski Uma dipuji, bahkan meski Uma memiliki orang-orang baik di sekitar Uma. Rasa kesepian yang konstan, tuntutan yang tak terlihat namun tetaplah ada--mengintip di balik wajah setiap orang-orang tua, itu melelahkan. Ketika ia menggunung, rasanya Uma hanya ingin mengakhiri segalanya. Rawi, semoga Allah terus mengizinkan Uma dan Baba mendampingimu hingga kelak kamu berdiri di atas kakimu sendiri, mampu mencukupi dirimu sendiri.  By the way, kamu kini sudah dua tahun lebih tiga bulan. Mulai pusing Uma ketika kamu kembali GTM, kayaknya sih karena tumbuh gigi. Mulai pusing juga karena Rawi seperti terlambat bicara. Apakah karena Rawi menonton YouTube? Ah, itu dia, dilema nomor satu Uma. Karena kamu menolak anteng saat makan, ataupun anteng hanya sepuluh menitan, maka Uma terpaksa memberimu screen time , alias mengajakmu menonton video agar kamu betah makan sampai habis. Sungg...

K. A. M. U.



Kamu.

tentang kekosongan hati yang tak selalu untuk diumbar,
tentang rasa yang terlalu dalam untuk dijabarkan,
tentang dilema yang datang pergi tanpa perasaan.

lembar berikutnya, semua berubah.
kosongnya hati telah terisi.
rasa sudah ditelanjangi.
dilema pun memastikan diri.

kini, semua tentang-Mu.
tentang bagaimana Kamu akan selalu ada di hidupku,
sampai mati.
tentang bagaimana Kamu membawaku dalam buaian bayu,
kemana kakiku Kau langkahkan,
kemana hatiku Kau labuhkan,
kemana nasibku Kau gariskan.

kembali debu, disaru, memburu.
buat aku begitu mencintai-Mu,
dan enyahkan sedu sedan roman picisan itu.

Komentar

Postingan Populer