Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (5)

Halo, Raw. Ada banyak yang ingin Uma sampaikan, sebagai pesan yang bisa kamu baca saat kamu bisa mengakses internet. Tapi waktu menulis semakin sedikit.  Uma masih ngos-ngosan membagi waktu antara menemani kamu bermain, memikirkan dan menyiapkan makananmu, atau singkatnya mengurusmu selama 24 jam. Kemudian masih harus mengurus rumah, mengurus urusan Jidah dan Jid saat kita di Semarang, dan lain-lainnya. Lalu yang tak kalah penting: bekerja. Uma sangat menikmati semuanya, Raw. Tapi ya itu, jadinya waktu untuk menulis seperti ini jadi semakin sedikit.  Saat Uma menulis ini, kita sedang ada di Semarang. Kita menghabiskan, mungkin 2 minggu di sini. Rawi semakin bonding sama Jid. Bahkan kalau ditanya, "Rawi anaknya siapa?", kamu akan menjawab, "Jid." Hahaha, mungkin Rawi segitu senangnya dengan Jid karena Jid suka bermain dengan Rawi, bukan hanya sekadar mengawasi Rawi bermain. Jidah juga sama.  Raw, ada satu hal yang terus mengganjal di pikiran Uma. Ya bukan cuma satu, ...

adalah Munir, seorang jihadis




adalah munir,
mulutnya diancam
langkahnya ditahan
nyawanya dihilangkan

adalah munir,
kawannya bilang ia pun bukan mutlak pemberani
tapi mutlak pegang tekad
mutlak piawai
mutlak kaya ide
mutlak spartan

tak peduli tubuhnya ringkih,
dia cambuk sukmanya,
melawan empat monster super seram
pada muka monster-monster itu tertulis nama mereka,
Kekerasan, Ketidakadilan,
Keserakahan, Kebencian.

adalah munir,
yang gentar tapi melawan
tanpa senapan, lencana, pangkat, pasukan
tak mudah benar buat rekrut kawan
siapa mau menawar nasib?
siapa sudi mengantar nyawa?
cuma beberapa,
dan satu dua dari beberapa itu pun,
ada pula berakhir dengan gorokan di leher
lalu dihempas ke dasar sumur

adalah munir,
entah apa di kepalanya
adalah munir,
kuda yang dilumpuhkan
adalah munir,
mati bukan menebus nasib si Lemah,
si Takut, si Hina, si Butuh
adalah munir,
satu-satunya
adalah munir,
perisai sementara
adalah munir,
hilang selamanya
adalah munir,
si anu mungkin pembunuhnya
adalah munir,
kematiannya jadi tanda tanya
dan luka
dan amarah
dan gentar
dan perih
dan cerita tanpa jeda

adalah munir,
seorang jihadis


*sedikit mengutip tulisan GM dan BW dalam buku Munir: Sebuah Kitab Melawan Lupa*

Komentar

Postingan Populer