Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

Menangis Bersama Do Jae-Hak dan Pergumulannya untuk Punya Anak

Terasa nggak sih, serial “Hospital Playlist” musim kedua alur ceritanya berjalan pelan tapi pasti? Ini membuatnya berbeda dari musim pertama. Selain itu, penulis cerita Lee Woo-jung juga nggak fokus pada konflik para pemeran utama saja.

Di musim kedua ini, ia mengajak kita mengeksplorasi cerita dari karakter pendukung. Dengan begini, kita jadi tahu kisah-kisah unik di balik sosok yang biasanya hanya kita lihat wara-wiri di rumah sakit. Misalnya, kita melihat orangtua Chu Min-ha, dokter residen di bidang Obstetri dan Ginekologi (obgyn) yang ternyata mengelola penginapan.

Cerita yang tak kalah menarik juga datang dari Do Jae-hak yang diperankan oleh Jung Moon-sung. Bisa dibilang, kisahnya justru menjadi highlight dari episode ke-10. Kenapa gitu?


Do Jae-Hak (Instagram @hospitalplaylist_official)


Sisi Lain Do Jae-hak dan istrinya

Do Jae-hak dokter yang ceria, meski kadang cukup ceroboh. Ia menempel dengan Kim Jun-wan, atasannya di departemen bedah kardiotoraks, yang diperankan oleh Jung Kyung-Ho si anak manis. 

Suatu hari, Jae-hak menceritakan kondisinya dan istri yang sudah menyerah untuk memiliki anak setelah mengupayakan beragam jalan.

Jae-hak mengatakan, di umurnya yang 40 tahunan itu, istrinya hanya ingin menikmati hidup berdua. Jae-hak menerima keputusan istrinya karena ia sendiri senang menghabiskan waktu bersama sang istri. 

Di titik ini, menyenangkan juga punya suami seperti Jae-hak. Tanpa lama-lama menghakimi istrinya yang tak kunjung hamil, tanpa mencari kesenangan di tempat lain, dengan hati legowo menceritakan keputusan istrinya itu, seolah itu juga keputusanya.

Yang terjadi berikutnya adalah sebuah twist yang menegangkan.

Rupanya, sakit perut yang kerap dialami istri Jae-hak adalah tanda bahwa dirinya positif hamil. Jae-hak jelas kaget, namun yang lebih menggerus dada adalah fakta bahwa istrinya menderita kanker payudara stadium 2.

Antara istri, atau anak

Meski dipastikan mengidap kanker, Seok-hyeong selaku dokter kandungan menyatakan bahwa istri Jae-hak tidak bisa langsung menjalankan kemoterapi karena masih memasuki minggu-minggu pertama mengandung. Ia harus menunggu hingga beberapa minggu ke depan, kalau nggak salah agar janin lebih siap. Seiring penantian itu, kanker di tubuh sang istri berpotensi kian mengganas.

Karenanya, Seok-hyeong si dokter kandungan idola sejagat raya [dan sebagai perempuan aku otomatis berharap bakal punya dokter kandungan sebaik dan sesabar dia, yang selalu menenangkan] memberikan dua pilihan.

Pertama, mereka harus menunggu sekian waktu demi menjalani terapi dengan risiko yang ada. Pilihan kedua, mereka bisa memilih untuk menggugurkan kandungan dan langsung menjalani kemoterapi untuk kesembuhan.

Tanpa pikir panjang, dan berderai air mata, Jae-hak langsung memilih opsi kedua. Kebayang kan rasanya sudah menantikan lama untuk memiliki anak, namun tiba-tiba ketika istrinya hamil justru ia dihadapkan pada pilihan pelik?

Jae-hak lebih mengkhawatirkan istrinya. Namun istri Jae-hak justru mengambil pilihan pertama. Ia ingin menunda terapi hingga waktunya melahirkan karena ia khawatir proses kemoterapi akan berpengaruh pada bayinya.

Keinginan istri Jae-hak juga bisa dipahami. Ia menantikan anak, ia sangat menantikan anak dalam waktu yang tak sebentar. Ketika kesempatan itu tiba, mana mungkin ia membuangnya?

Ditengah terbelahnya pikiran suami-istri itu, Seok-hyeong memberikan pendapatnya.

Ia bilang, bayi membutuhkan sosok ibu setelah lahir ke dunia. Jadi, keselamatan ibu juga penting. Mengambil jalan tengah, Seok-hyeong menyatakan bahwa kemoterapi dapat dilakukan selama kehamilan, namun perlu menunggu beberapa waktu.

Pada episode ke-11, kita tahu bahwa istri Jae-hak masih melawan kanker dalam keadaan hamil. Seok-hyeong menguatkan pasangan itu dengan berkata bahwa perjalanan mereka masih panjang, namun mereka telah melakukan yang terbaik.

***

Sekali lagi, aku menangis bersama Jae-hak. Setelah kemarin menangis ketika Jae-hak menerima stroberi dari pasiennya disertai sebuah surat tulus, kini dokter yang selalu ceria itu terlihat begitu terguncang, membuat penonton ikut terisak.

Sebagai perempuan, nukilan cerita dari tokoh yang bukan pemeran utama itu berhasil mengobrak-abrik pikiranku sesaat. Betapa setiap orang punya pergumulan yang benar-benar berbeda mengenai keputusannya berketurunan.

Ada yang ingin diberi, tapi tak kunjung tiba. Ada yang lancar mulu langsung dianugerahi momongan. Ada yang telah berpeluh lelah usaha puluhan tahun dan tak juga dikaruniai. Ada yang memang tak ingin berketurunan dengan beragam alasan. Ada yang menyerah dan tak mau repot mengarungi berbagai alternatif.

Namun dibalik pergumulan yang seringnya tak mudah itu, ada tuntutan orangtua, ada mulut bau gosip, ada tatapan yang menghakimi, bahkan dari orang yang tak ada urusannya denganmu di dunia dan akhirat.

Tak perlu kita risaukan, apa-apa yang tak bisa kita kendalikan.

***

https://beritabaru.co/menangis-bersama-do-jae-hak-dan-pergumulannya-untuk-punya-anak-2/

Komentar

Postingan Populer