Langsung ke konten utama

Unggulan

[REVIEW BUKU] Ada Apa dengan Introver: Siapa, Mengapa, dan Bagaimana

Mungkin memang enggak ada yang namanya kebetulan, melainkan takdir.  Takdir untuk buku ini adalah, saya dapat masukan dari Mbak Lintor untuk menyusun buku tentang move on , kala itu kata move on sedang beken-bekennya, sekitar tahun 2014-2015? Iya sekitar segitu. Blio juga mengusulkan seorang psikolog bernama Pingkan Rumondor, yang dalam waktu dekat bakal mengisi seminar di Universitas Indonesia, untuk menulis buku soal move on  itu.  Proyek itu disambut hangat oleh mbak Pingkan. Dalam proses menulis dan mengedit naskah blio, saya pun mengunjungi tempat blio mengajar di Binus untuk ngobrol , hingga akhirnya dalam sebuah kunjungan, saya bertemu mbak Rani Agias Fitri . Di sana, lahirlah obrolan mengenai rencana penulisan buku blio mengenai introver, sebuah bidang yang menjadi kajian mbak Rani. Kebetulan saat itu, blio dan rekannya, Regi, tengah menyelesaikan proyek tugas akhir mengenai introver pula.  Pucuk dicinta ulam pun tiba, gitu kali ya peribahasanya. Saya pun usu...

awesome (s) !

Kejadian kemarin siang cukup mengesankan buat saya. berangkat dari rumah dengan tujuan E-Plaza, tapi turun dulu di Gramedia. pas mau ke E-Plaza... byuuuuur! hujan deras turun tanpa ampun. dan.. well, sempat malu juga diliatin orang banyak karena (mungkin) tingkah saya aneh. di saat yg lain berteduh dan menjauhi hujan, saya justru menerjangnya, karena ada janji utk nonton bareng, dan saya belum pesan tiiket. saya pun berlarian dari Gramedia menuju E-Plaza. sampai di sana, terlintas pikiran: masa' mau masuk E-Plaza dengan keadaan basah kuyup? oke, saya pun duduk di tangga E-Plaza dan 'mengeringkan diri'. setelah kering dan menitipkan helm, saya langsung naik dan pesan tiket.

yeah, dua film dalam satu hari :)

film pertama : Sang Pencerah
tidak ada keraguan sedikitpun film ini bakal jelek atau  bagus. karena yang saya tau, Hanung Bramantyo dan Lukman Sardi adalah perpaduan favorit saya.

Sang Pencerah bertujuan menceritakan berdirinya Muhammadiyah, dengan menyoroti kehidupan K.H. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis), pendiri Muhammadiyah. ada banyak pelajaran besar yg saya ambil. berdakwah, atau bahasa mudahnya: mengajak orang-orang dalam kebaikan itu tidak mudah, apalagi jika yg kamu hadapi sudah berumur dan (harusnya) lebih tahu banyak hal ttg agama daripada kamu. bahkan, berdakwah di kalangan keluarga pun susahnya bukan main. terbukti bagaimana Beliau ditentang oleh keluarganya saat menyatakan perubahan, simpelnya saja: membenarkan arah kiblat di masjid besar. ini masalah vital, yg ingin diperbaiki, namun justru ditentang. Darwis tumbuh dengan pemikiran-pemikiran berbeda, tidak seperti katak dalam tempurung. tidak ikut-ikutan kolot.

yang lucu, saat Darwis mendirikan madrasah ibtidaiyah. Darwis dituduh mndirikan sekolah kafir karena menggunakan meja dan kursi. juga menggunakan buku-buku pelajaran. oh wow! Darwis dg lihai berdalih, bahwa alat transportasi yg digunakan oleh KEBANYAKAN ORANG saat itu adalah kereta api, dimana itu juga bukan buatan orang islam. di sini bukan masalah islam atau kristen atau non muslim. masalahnya adalah: anda hidup berdampingan dan saling membutuhkan. lagipula, FANATIK adalah sebuah kebodohan.

anda tidak bisa hidup dengan saling menjelekkan agama lain, lalu menjunjung tinggi agama anda, sekalipun anda percaya agama anda yg benar.

well, tumbuh dg dua kemampuan yg bertolak belakang tentu susah. di satu sisi, anda tidak bisa lepas dari Tuhan, anda hidup dalam genggaman-Nya, anda hanya bisa meminta dari-Nya, menyembah kepada-Nya. tapi di sisi lain, anda perlu juga bergaul dengan manusi utk memenuhi kebutuhan anda, di bidang pendidikan apalagi.

"kejarlah duniamu seakan kau hidup selamanya, kejar akhiratmu seakan kau mati besok"

Komentar

Postingan Populer