Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear Rawi (1)

Halo, Nak.  Ini tulisan pertama Uma untukmu. Awalnya Uma berpikir menulis diary yang bisa kamu baca. Bukunya masih ada, di lemari buku di rumah Akung. Tapi waktu membuatnya tak lagi terisi. Waktu Uma habis untuk membersamaimu, bekerja, lalu mengurus rumah, dan sisa sedikit untuk tidur atau memuaskan hasrat Uma sendiri, seperti membaca buku atau menulis. Maka Uma memilih menulisnya di sini, di blog Uma, ruang yang mungkin bisa diakses oleh banyak orang, tapi tulisan-tulisan ini khusus buatmu. Uma pikir, menyimpannya di ruang digital macam ini akan lebih membuatnya abadi . Tidak akan rusak terkena air, rayap, atau tersobek dan sulit dibaca.  Rawi, umurmu sudah dua tahun, tapi Uma masih penuh kekurangan dalam merawatmu. Hari ini saja, kita baru pulang dari dokter. Kabarnya, tinggi badanmu kurang. Padahal sudah begitu limpah-ruah Uma memberikan makanan sehat untukmu, semuanya berprotein, kecuali beberapa kali kau makan biskuit dan cracker.  Rupanya, justru, menurut dr. Fanny,...

for you, dad, and mom.

Setiap kita punya semacam permintaan yang benar-benar urgent, kan?

Well, Allahu Kariim. Aku tidak meminta rumah mewah. Uang banyak. No. Aku minta satu, keep my mom and daddy alive. Oke, nyawa memang hak-Mu. Tidak bisa diganggu gugat. Tapi Ya Allah, boleh kan Inas nego? Inas minta, Ayah sama Mama ada di sisi Inas sampai nanti Inas gede, kerja, nikah, dan mati.

Kalau ternyata enggak bisa, please. Ambil sisa hidup Inas, bagikan ke Mama dan Ayah. Itu worth. Cukup adil, kan? Mereka begitu berarti, Ya Allah. Mereka begitu berarti.

Di luar semua itu, terima kasih telah membuat Inas sadar sebelum semuanya terlambat. Sadar bahwa Inas sayang sama mereka, Inas bersyukur punya mereka, Inas rela apapun buat mereka...

Komentar

Postingan Populer