Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear Rawi (2)

Hai, sayang. This is me again.  Raw, hidup melelahkan, ya? Entah melelahkan karena menjenuhkan dengan rutinitas yang terus berulang, atau melelahkan karena memang, ya lelah, secara fisik dan mental? Huahaha.  Uma berharap, kamu tidak mengalami kelelahan, kamu tidak mengalami ketidakenakan. Raw, doa Uma hari-hari ini sepertinya hanya satu, agar Uma (dan Baba) bisa dipercaya Allah untuk terus merawat Rawi, sampai nanti Rawi siap hidup di atas kaki sendiri.  Hidup nggak mudah, Raw. Dan level ketidakmudahan itu terus berubah. Semisal, saat mulai sekolah nanti, kamu akan menemukan ketidakmudahan hidup seperti: susah bangun pagi, susah memahami pelajaran, mungkin susah mengerjakan PR, susah harus bertanggung jawab dengan aktivitas harian, susah menghafal surat Al-Quran, susah membereskan kamar yang berantakan, dan sebagainya.  Tapi, Raw, jalani saja. Lakukan saja. Bangunlah, pahamilah, belajarlah, kerjakanlah, hafalkanlah. Dengan begitu, ketidakmudahan akan terlewati....

tuan waktu dan nona prasangka, ayat 4

halo tuan waktu dan nona prasangka. 

hari ini mesin pendinginku kembali nyala, meniupkan angin rindang berisi kebaikannya ke akalku. barangkali kemarin ia benar-benar dirusak oleh masa pre-menstruasiku - alasan klasik yang dimaklumi semua orang ketika amarahku melonjak jadi sekelas iblis. 

nona prasangka membawa teman barunya, bernama adik takut. ia baik, memposisikan diri sebagai penghindar bala sebelum semuanya terjadi. tapi mempercayai omongannya membuatku hari ini terlihat sangat bodoh. 

apa kemarin kataku, jatuh cinta itu omong kosong? ya, benar. 

semuanya omong kosong. 

semua dibuat menunggu, berekspektasi, merenda imaji, sekena hati, lalu saat bertatap dengan kenyataan, tinggal ilusi. mati. 

rasa seperti itu, sudah ada, tiga tahun lalu, dan tak pernah lagi muncul sampai kemarin. rasanya ini benar sekali, tak ada salah. dia tak ada salah. 

tapi justru aku. 

akalku dibuat babak belur oleh adik takut. nona prasangka rupanya mengajari si takut dengan hebat! dasar buluk! 

sementar kau, tuan waktu? aku melihatmu berdiri pongah di pojokan, tersenyum, melihat si takut meninjuku dalam-dalam. kemudian senyummu mengembang lagi saat kau dengar gema isakan. 

setelah mesin pendinginku menyala lagi hari ini, kuputuskan untuk membalas dendam pada takut. tapi tidak dengan kejahatan, tanpa meninjunya balik. 

kutinggalkan dia dalam damai. 

apa yang akan kulakukan di sisa detikku malam ini? 

nona prasangka sudah jelas kembali jadi musuh dalam selimut. tuan waktu masih jadi si sok bijak yang hanya menonton semua porak poranda. 

dan aku? 

aku masih yang mau kamu cumbu. 

itupun kalau kamu bisa membuang teman nona prasangka; ragu dan takut, yang kini menjejalku. 

aku menunggumu, di ruas terakhir sebelum ikatan lepas. 

karena, kau bertanggung jawab atas rona merah muda yang aku tenggelamkan selama ini, kubenamkan dalam sok-tak-butuh-ku. 

kalaupun kau tak datang, aku tak akan lagi menghamba. sudah kuserahkan nasib di situ. karena sepertinya, hahaha, ini belum akhirku.

Komentar

Postingan Populer