Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear Rawi (1)

Halo, Nak.  Ini tulisan pertama Uma untukmu. Awalnya Uma berpikir menulis diary yang bisa kamu baca. Bukunya masih ada, di lemari buku di rumah Akung. Tapi waktu membuatnya tak lagi terisi. Waktu Uma habis untuk membersamaimu, bekerja, lalu mengurus rumah, dan sisa sedikit untuk tidur atau memuaskan hasrat Uma sendiri, seperti membaca buku atau menulis. Maka Uma memilih menulisnya di sini, di blog Uma, ruang yang mungkin bisa diakses oleh banyak orang, tapi tulisan-tulisan ini khusus buatmu. Uma pikir, menyimpannya di ruang digital macam ini akan lebih membuatnya abadi . Tidak akan rusak terkena air, rayap, atau tersobek dan sulit dibaca.  Rawi, umurmu sudah dua tahun, tapi Uma masih penuh kekurangan dalam merawatmu. Hari ini saja, kita baru pulang dari dokter. Kabarnya, tinggi badanmu kurang. Padahal sudah begitu limpah-ruah Uma memberikan makanan sehat untukmu, semuanya berprotein, kecuali beberapa kali kau makan biskuit dan cracker.  Rupanya, justru, menurut dr. Fanny,...

hulu, muaraku.

rahang mengeras.
mendadak naluri dan jalan otak hanya pada satu tuju.
resah, bingung, ragu
gagal disapu bayu sederas itu.

ini tentang langkah.
persetan memang dengan omongan orang.
tapi membiarkan gebyar-gebyar
yang menusuk-nusuki sejak empat tahun lalu
tentu juga tidak sepenuhnya benar, bukan?

masih laru.
laru dibawa lari bayu.
menemui liku, ditembaki peluru.

masih melamun, di perjalanan menuju hulu.
sampai asap menipis.
sampai dengung mengikis.
sampai ramai tak lagi ramai.
sampai penjaja camilan melepas lelah.
sampai pengemudi bus menghapus jengah.

dan kamu, masih melamun.
di perjalanan menuju hulu.

Komentar

Postingan Populer