Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (5)

Halo, Raw. Ada banyak yang ingin Uma sampaikan, sebagai pesan yang bisa kamu baca saat kamu bisa mengakses internet. Tapi waktu menulis semakin sedikit.  Uma masih ngos-ngosan membagi waktu antara menemani kamu bermain, memikirkan dan menyiapkan makananmu, atau singkatnya mengurusmu selama 24 jam. Kemudian masih harus mengurus rumah, mengurus urusan Jidah dan Jid saat kita di Semarang, dan lain-lainnya. Lalu yang tak kalah penting: bekerja. Uma sangat menikmati semuanya, Raw. Tapi ya itu, jadinya waktu untuk menulis seperti ini jadi semakin sedikit.  Saat Uma menulis ini, kita sedang ada di Semarang. Kita menghabiskan, mungkin 2 minggu di sini. Rawi semakin bonding sama Jid. Bahkan kalau ditanya, "Rawi anaknya siapa?", kamu akan menjawab, "Jid." Hahaha, mungkin Rawi segitu senangnya dengan Jid karena Jid suka bermain dengan Rawi, bukan hanya sekadar mengawasi Rawi bermain. Jidah juga sama.  Raw, ada satu hal yang terus mengganjal di pikiran Uma. Ya bukan cuma satu, ...

hulu, muaraku.

rahang mengeras.
mendadak naluri dan jalan otak hanya pada satu tuju.
resah, bingung, ragu
gagal disapu bayu sederas itu.

ini tentang langkah.
persetan memang dengan omongan orang.
tapi membiarkan gebyar-gebyar
yang menusuk-nusuki sejak empat tahun lalu
tentu juga tidak sepenuhnya benar, bukan?

masih laru.
laru dibawa lari bayu.
menemui liku, ditembaki peluru.

masih melamun, di perjalanan menuju hulu.
sampai asap menipis.
sampai dengung mengikis.
sampai ramai tak lagi ramai.
sampai penjaja camilan melepas lelah.
sampai pengemudi bus menghapus jengah.

dan kamu, masih melamun.
di perjalanan menuju hulu.

Komentar

Postingan Populer