Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

hulu, muaraku.

rahang mengeras.
mendadak naluri dan jalan otak hanya pada satu tuju.
resah, bingung, ragu
gagal disapu bayu sederas itu.

ini tentang langkah.
persetan memang dengan omongan orang.
tapi membiarkan gebyar-gebyar
yang menusuk-nusuki sejak empat tahun lalu
tentu juga tidak sepenuhnya benar, bukan?

masih laru.
laru dibawa lari bayu.
menemui liku, ditembaki peluru.

masih melamun, di perjalanan menuju hulu.
sampai asap menipis.
sampai dengung mengikis.
sampai ramai tak lagi ramai.
sampai penjaja camilan melepas lelah.
sampai pengemudi bus menghapus jengah.

dan kamu, masih melamun.
di perjalanan menuju hulu.

Komentar

Postingan Populer