Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (5)

Halo, Raw. Ada banyak yang ingin Uma sampaikan, sebagai pesan yang bisa kamu baca saat kamu bisa mengakses internet. Tapi waktu menulis semakin sedikit.  Uma masih ngos-ngosan membagi waktu antara menemani kamu bermain, memikirkan dan menyiapkan makananmu, atau singkatnya mengurusmu selama 24 jam. Kemudian masih harus mengurus rumah, mengurus urusan Jidah dan Jid saat kita di Semarang, dan lain-lainnya. Lalu yang tak kalah penting: bekerja. Uma sangat menikmati semuanya, Raw. Tapi ya itu, jadinya waktu untuk menulis seperti ini jadi semakin sedikit.  Saat Uma menulis ini, kita sedang ada di Semarang. Kita menghabiskan, mungkin 2 minggu di sini. Rawi semakin bonding sama Jid. Bahkan kalau ditanya, "Rawi anaknya siapa?", kamu akan menjawab, "Jid." Hahaha, mungkin Rawi segitu senangnya dengan Jid karena Jid suka bermain dengan Rawi, bukan hanya sekadar mengawasi Rawi bermain. Jidah juga sama.  Raw, ada satu hal yang terus mengganjal di pikiran Uma. Ya bukan cuma satu, ...

sayangku, kita sepakat ya?

sayangku, kita sepakat, ya?
kalau kita punya anak nanti, aku tidak mau ia tumbuh dengan gadget. aku mau ia tumbuh seperti kita dulu. bermain. dengan kaki dan tangannya yang asli. bermain bukan hanya menari dia atas gadget.

aku mau ia belajar mengaji, membaca Al Qur'an dan hadist, bermain ular tangga, bermain scrabble, bahkan bermain karambol bukan di atas gadget. aku tidak mau jari-jari mereka hanya akrab dengan teknologi layar sentuh lantas kebas dengan alam bebas.

sayang, kita sepakat ya?
aku tidak mau ia jadi generasi menunduk sejak kecil. kita memang akan memberikannya ponsel, mungin saat ia SMP, seperti masa kita dulu. tapi itupun sebaiknya bukan yang termasuk list ponsel mewah. cukup sederhana, asal bisa untuk menghubungi kita sebagai orang tuanya.

sayang, kamu tidak keberatan, kan?
aku tidak mau anak kita terus 'menunduk'. bahkan tumbuh menjadi tidak peduli dengan sekitarnya? aku tidak mau itu terjadi. apalagi jika ia jadi target pencurian dan penjambretan seperti yang sekarang banyak terjadi, entah di kampung kecil atau kawasan elit. aku tidak mau, karena aku menyayangi anak kita, sayang.

sayang, kalau begini bagaimana?
sejak kecil kita akan ajak anak kita bermain. dengan papan ular tangga, papan karambol, lompat tali, engklek, petak umpet, dan permainan anak kecil lainnya yang terasa jauh lebih bermakna dibanding sekarang. aku yakin, masih ada satu dua anak tetangga kita nanti yang bisa jadi teman bermain anak kita. dan bukan bermain dengan gadget. kalaupun tak ada, itu akan jadi tanggung jawab kita. oke, sayang?

satu lagi, sayang.
aku mau kita banyak memberikannya bacaan-bacaan berkualitas. kita akan memantau semua informasi yang ia terima. kita gatekeeper bagi anak kita nanti. kita akan beri tahu mana sumber terpercaya, mana yang bukan, serta mana yang abu-abu.

sayangku, kita sepakat, ya?

Komentar

Postingan Populer