Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

Dear, Rawi (2)

Hai, sayang.

This is me again. 

Raw, hidup melelahkan, ya? Entah melelahkan karena menjenuhkan dengan rutinitas yang terus berulang, atau melelahkan karena memang, ya lelah, secara fisik dan mental? Huahaha. 

Uma berharap, kamu tidak mengalami kelelahan, kamu tidak mengalami ketidakenakan. Raw, doa Uma hari-hari ini sepertinya hanya satu, agar Uma (dan Baba) bisa dipercaya Allah untuk terus merawat Rawi, sampai nanti Rawi siap hidup di atas kaki sendiri. 

Hidup nggak mudah, Raw. Dan level ketidakmudahan itu terus berubah. Semisal, saat mulai sekolah nanti, kamu akan menemukan ketidakmudahan hidup seperti: susah bangun pagi, susah memahami pelajaran, mungkin susah mengerjakan PR, susah harus bertanggung jawab dengan aktivitas harian, susah menghafal surat Al-Quran, susah membereskan kamar yang berantakan, dan sebagainya. 

Tapi, Raw, jalani saja. Lakukan saja. Bangunlah, pahamilah, belajarlah, kerjakanlah, hafalkanlah. Dengan begitu, ketidakmudahan akan terlewati. 

Nantinya, ketika tumbuh, kamu akan menemui beragam persoalan, yang akan lebih sulit dari yang kamu temui ketika kamu masih kecil. Dan lalui saja, lewati saja, kerjakan saja, karena nantinya itupun akan terlewatkan. Kamu akan melaluinya, kamu akan mampu menghadapinya. Dan setelah persoalan itu selesai, kamu tahu bahwa kamu mampu. Itu bukan lagi soal. Lalu kamu akan siap menghadapi soal-soal dalam hidup berikutnya. 

Ketika kamu menikah dan punya anak, kamu kembali akan menemui ketidakmudahan, kejenuhan, semacam itu. Uma berharap kamu menjadi pribadi yang bijaksana dan tawadhu'. Problem akan terus datang, titik-titik kritis mungkin muncul, tapi kamu harus mampu bersabar dalam kebaikan, terus berhadap pada Allah, bergerak melakukan hal-hal baik, sehingga kamu dapat memetik kebaikan yang kamu tanam, di dunia dan akhirat. 

Ah, ngomong apa sih ini? Hahahaha. Beginilah, namanya juga jam 1 pagi. Sudah nggak jelas ngobrolnya.


Tidur nyenyak, Sayang. 

Uma sayang sekali sama Rawi, meski kadang mencubitmu, huhuhuhu.

Komentar

Postingan Populer