Langsung ke konten utama

Unggulan

[REVIEW BUKU] Ada Apa dengan Introver: Siapa, Mengapa, dan Bagaimana

Mungkin memang enggak ada yang namanya kebetulan, melainkan takdir.  Takdir untuk buku ini adalah, saya dapat masukan dari Mbak Lintor untuk menyusun buku tentang move on , kala itu kata move on sedang beken-bekennya, sekitar tahun 2014-2015? Iya sekitar segitu. Blio juga mengusulkan seorang psikolog bernama Pingkan Rumondor, yang dalam waktu dekat bakal mengisi seminar di Universitas Indonesia, untuk menulis buku soal move on  itu.  Proyek itu disambut hangat oleh mbak Pingkan. Dalam proses menulis dan mengedit naskah blio, saya pun mengunjungi tempat blio mengajar di Binus untuk ngobrol , hingga akhirnya dalam sebuah kunjungan, saya bertemu mbak Rani Agias Fitri . Di sana, lahirlah obrolan mengenai rencana penulisan buku blio mengenai introver, sebuah bidang yang menjadi kajian mbak Rani. Kebetulan saat itu, blio dan rekannya, Regi, tengah menyelesaikan proyek tugas akhir mengenai introver pula.  Pucuk dicinta ulam pun tiba, gitu kali ya peribahasanya. Saya pun usu...

sayangku, kita sepakat ya?

sayangku, kita sepakat, ya?
kalau kita punya anak nanti, aku tidak mau ia tumbuh dengan gadget. aku mau ia tumbuh seperti kita dulu. bermain. dengan kaki dan tangannya yang asli. bermain bukan hanya menari dia atas gadget.

aku mau ia belajar mengaji, membaca Al Qur'an dan hadist, bermain ular tangga, bermain scrabble, bahkan bermain karambol bukan di atas gadget. aku tidak mau jari-jari mereka hanya akrab dengan teknologi layar sentuh lantas kebas dengan alam bebas.

sayang, kita sepakat ya?
aku tidak mau ia jadi generasi menunduk sejak kecil. kita memang akan memberikannya ponsel, mungin saat ia SMP, seperti masa kita dulu. tapi itupun sebaiknya bukan yang termasuk list ponsel mewah. cukup sederhana, asal bisa untuk menghubungi kita sebagai orang tuanya.

sayang, kamu tidak keberatan, kan?
aku tidak mau anak kita terus 'menunduk'. bahkan tumbuh menjadi tidak peduli dengan sekitarnya? aku tidak mau itu terjadi. apalagi jika ia jadi target pencurian dan penjambretan seperti yang sekarang banyak terjadi, entah di kampung kecil atau kawasan elit. aku tidak mau, karena aku menyayangi anak kita, sayang.

sayang, kalau begini bagaimana?
sejak kecil kita akan ajak anak kita bermain. dengan papan ular tangga, papan karambol, lompat tali, engklek, petak umpet, dan permainan anak kecil lainnya yang terasa jauh lebih bermakna dibanding sekarang. aku yakin, masih ada satu dua anak tetangga kita nanti yang bisa jadi teman bermain anak kita. dan bukan bermain dengan gadget. kalaupun tak ada, itu akan jadi tanggung jawab kita. oke, sayang?

satu lagi, sayang.
aku mau kita banyak memberikannya bacaan-bacaan berkualitas. kita akan memantau semua informasi yang ia terima. kita gatekeeper bagi anak kita nanti. kita akan beri tahu mana sumber terpercaya, mana yang bukan, serta mana yang abu-abu.

sayangku, kita sepakat, ya?

Komentar

Postingan Populer