Langsung ke konten utama

Unggulan

[REVIEW BUKU] Ada Apa dengan Introver: Siapa, Mengapa, dan Bagaimana

Mungkin memang enggak ada yang namanya kebetulan, melainkan takdir.  Takdir untuk buku ini adalah, saya dapat masukan dari Mbak Lintor untuk menyusun buku tentang move on , kala itu kata move on sedang beken-bekennya, sekitar tahun 2014-2015? Iya sekitar segitu. Blio juga mengusulkan seorang psikolog bernama Pingkan Rumondor, yang dalam waktu dekat bakal mengisi seminar di Universitas Indonesia, untuk menulis buku soal move on  itu.  Proyek itu disambut hangat oleh mbak Pingkan. Dalam proses menulis dan mengedit naskah blio, saya pun mengunjungi tempat blio mengajar di Binus untuk ngobrol , hingga akhirnya dalam sebuah kunjungan, saya bertemu mbak Rani Agias Fitri . Di sana, lahirlah obrolan mengenai rencana penulisan buku blio mengenai introver, sebuah bidang yang menjadi kajian mbak Rani. Kebetulan saat itu, blio dan rekannya, Regi, tengah menyelesaikan proyek tugas akhir mengenai introver pula.  Pucuk dicinta ulam pun tiba, gitu kali ya peribahasanya. Saya pun usu...

Analisa Novel Karya Mira W: Sisi Merah Jambu, oleh Inasshabihah


1. The Story Mountain
a. Exposition

- Pada tahap ini, penulis memperkenalkan beberapa setting seperti rumah Pak Tisna, juga sekolah anak-anaknya yang sama dengan sekolah Lea. Dari awal juga konflik sudah diperlihatkan, yaitu ketika Pak Tisna mengangkat seorang perempuan bernama Lea Kusuma, gadis tiga belas tahun, untuk menjadi anaknya karena untuk membalas budi ayah Lea, si Jabrik, centeng di pabriknya yang tewas dibacok demi mempertahankan gudang beras milik Pak Tisna. Ibu dan adik Lea meninggal karena muntaber. Pak Tisna merasa punya kewajiban moral untuk merawat anak bekas karyawannya yang setia. Tanpa begitu mempedulikan penolakan istri dan ketiga anaknya, Pak Tisna tetap merawat dan menyekolahkan Lea.

- Namun Lea justru sedih. Ia tidak suka tinggal di rumah Pak Tisna, apalagi dimusuhi. Keluarga dan sekolah barunya menolak Lea karena ia perempuan yang melangkahi kodratnya. Lea tomboy dan jago berkelahi. Ia selalu diejek oleh teman-teman sekelasnya sebagai “banci”. Namun, di kelas yang anak-anaknya terkenal nakal itu, ada sosok yang selalu membela Lea, yaitu Pak Dion. Keramahan dan kebaikan hatinya membuat Lea luluh dan sabar. Selain itu ada juga Guntur, teman sebangkunya yang suka melucu dan menggoda Lea.

b. Raising action

- Lea sulit untuk akrab dengan ketiga saudara barunya, yang semuanya laki-laki. Mereka ketus dan jahil. Bagi mereka Lea itu gembel dan tidak level dengan mereka. Bu Nani, suami Pak Tisna pun, galak terhadapnya. Ia menganggap Lea pembantu. Lea juga tidak pernah mendapat uang jajan. Pembantu lainnya, Bi Asih dan Maman, yang merupakan anak asuh Pak Tisna, juga ketus terhadap Lea.

- Sementara itu di sekolah, kecemburuan muncul dari Vera, murid Pak Dion yang tidak suka dengan perhatian berlebihannya pada Lea. Ia selalu memojokkan Lea, padahal Pak Dion sendiri sudah berpacaran dua tahun dengan Neni, kekasihnya yang bekerja sebagai guru TK.

- Untuk pentas seni di sekolah, kelas Pak Dion berencana mementaskan Operet Cinderella. Lea terpilih menjadi Cinderella, dan membuat Vera makin iri. Apalagi Pak Dion dan Lea menjadi sering menghabiskan waktu berdua untuk perawatan Lea ke salon, memilih gaun untuk pentas, bahkan latihan berjalan dengan sepatu hak.

c. Climax

- Aris terlibat tawuran dengan Taruna, murid sekolah lain, karena Aris merebut pacarnya. Oki (adiknya) yang masih SD pun ikut dilukai. Lea terlibat dalam tawuran itu untuk melindungi Oki. Namun itu justru membuat Bu Nani marah besar karena Lea berkelahi lagi, juga pihak sekolah yang menghukum mereka dengan skors tiga hari. Lea makin buruk dimata teman-teman dan gurunya.

- Kedekatan Lea dengan Pak Dion menimbulkan pertengkaran antara dirinya dan Neni, berawal saat Pak Dion lupa akan janji makan malam. Pihak sekolah juga menegur Pak Dion karena dianggap terlalu intim dengan Lea. Namun Pak Dion menyatakan bahwa ia hanya ingin tampil sebagai sosok seorang ayah yang diidamkan Lea. Bu Kathi, kepala sekolah, menerima alasan itu dan tidak membawa masalah itu mencuat kemana-mana.

- Dalam beberapa latihan operet, Lea lagi-lagi bertengkar dengan Vera dan bala kurawanya. Puncaknya, mereka saling menghina dan berujung pada pertengkaran. Ini membuat Pak Dion kecewa melihat mereka karena usahanya untuk mengubah Lea menjadi lebih fenimin dan menyatukan anak-anak IA menjadi solid telah gagal.

- Di tengah keputusasaan itu, Pak Dion pulang dengan penuh pikiran dan mengalami kecelakaan. Motornya tertabrak bus. Kakinya pun cacat dan harus duduk di kursi roda.


d. Falling action

- Peristiwa tawuran itu membuka mata Bu Nani, Panji, Aris, dan Oki. Mereka mulai memperlakukan Lea dengan baik. Aris pun mengajari Lea banyak hal.

- Pementasan tetap dilakukan demi Pak Dion. Lea meminta maaf kepada Vera dan geng-nya. Ia juga memohon agar mereka mau berlatih lagi untuk operet, demi Pak Dion. Lea juga mau menukar perannya dengan Vera yang ingin menjadi Cinderella, bahkan Lea rela tidak tampil di operet, asalkan teman-temannya tetap berlatih. Mereka pun berbaikan.

- Bu Neni menyesal dengan amarahnya kepada Pak Dion. Bahkan ketika ia melihat sosok Lea di rumah sakit tempat Pak Dion dirawat, ia menjadi malu karena cemburu dengan ABG yang harusnya tak pantas ia cemburui.


e. Resolution

- Hubungan Lea dengan ketiga saudaranya membaik. Aris dan Oki bahkan menyisipkan uang untuk jajan Lea. Begitu juga Panji, yang awalnya selau menyendiri di kamar, kini mau berbaur dengan kedua adiknya dan Lea untuk berbagi cerita.

- Penampilan operet kelas IA sukses berkat latihan sungguh-sungguh. Lea tampil dengan memesona, membuat bangga Pak Dion. Akhirnya, kelas IA memenangkan pentas seni itu. Semua guru kagum dan tak percaya bahwa anak-anak nakal itu bisa tampil sangat bagus.

- Lea pun menjadi perempuan yang lebih percaya diri. Pak Dion berhasil menampilkan sisi merah jambu Lea.


2. Sudut pandangSudut pandang yang digunakan penulis adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu, yang menceritakan semua karakter dan membiarkan pembaca mengevaluasi sendiri.

3. Teknik menulis judulTeknik yang digunakan adalah simbolik, dimana Mira W menyimbolkan feminim dengan merah jambu. Judul Sisi Merah Jambu dimaksudkan sisi feminim Lea, yang ingin ditampakkan oleh Pak Dion, dan membuat Lea menanggalkan sisi kelaki-lakiannya yang kasar dan pemberang.

4. Konflik
Konflik di cerita ini antara lain:

- Man versus society, yaitu Lea berkonflik dengan masyarakat/orang banyak, yaitu Bu Nani, ketiga saudaranya, teman-teman sekolahnya, bahkan beberapa guru sekolahnya. Hanya tiga orang yang dari awal baik terhadap Lea, yaitu Pak Tisna, Pak Dion, dan Guntur.

- Man versus himself, yaitu saat Pak Dion berkonflik dengan batinnya mengenai hubungannya dengan Lea dan Neni. Ia mencintai Neni, namun ingin memberikan perhatian pada Lea sebagai seorang ayah. Ia tak ingin membuat Neni salah sangka lalu cemburu. Di sisi lain ia juga memikirkan teguran guru-guru yang menganggap perhatiannya pada Lea itu berlebihan.

5. Ending
Ending cerita ini adalah bahagia, karena Lea akhirnya mampu diterima oleh teman-teman dan keluarganya.

6. Opening
Cerita ini tidak dibuka dengan suasana pagi hari (matahari), justru novel ini dibuka dengan konflik yang mulai tumbuh antara Lea dengan keluarga barunya.

7. 10 kalimat dalam novel yang paling berkesan:
a. - “Sepeninggal ayahnya, dialah tulang punggung keluarga. Dia sekolah sambil kerja, mengurus ternak, ke sawah, tapi dia tidak pernah tidak naik kelas!”

b - “Siapa yang masih mau bergurau, silakan keluar, bergurau saja dengan matahari!”

c. - Teman-teman akan lebih menghargaimu kalau kamu meninggalkan sikapmu yang kasar. Mereka akan berhenti menggodamu kalau menyadari betapa menariknya gadis yang bernama Lea Kusuma.”

d. - Mendengar ocehan istrinya, laparnya langsung hilang. Barangkali kalau semua orang punya istri seperti ini, Indonesia tidak perlu lagi impor beras. Taruh saja Bu Nani di kamar makan.

e. - “Aku lebih bangga anakku babak belur karena berkelahi daripada ngumpet kayak tikus!”

f. - “Dan saya yakin, saya dapat mengubah penampilanmu, menarik keluar sisi merah jambu dalam dirimu.”

g. - Ada secercah perasaan aneh yang lahir di sudut hatinya. Perasaan yang selama ini belum pernah menyentuhnya. Perasaan yang dia sendiri tak tahu apa namanya.

h. - “Aku minta maaf. Habis pentas seni bulan depan, kalian boleh mukulin aku lagi. Tapi sekarang kita bersatu dulu, demi Pak Dion.”

i. - Tapi kelemahankan namanya jika memperlihatkan perasaan?

j. - Mengapa hanya kekerasan, kemarahan, dan kejudesan yang pantas diungkapkan oleh seorang guru? Karena semua itu yang dapat menegakkan wibawa?

Komentar

Postingan Populer