Langsung ke konten utama

Unggulan

[REVIEW BUKU] Ada Apa dengan Introver: Siapa, Mengapa, dan Bagaimana

Mungkin memang enggak ada yang namanya kebetulan, melainkan takdir.  Takdir untuk buku ini adalah, saya dapat masukan dari Mbak Lintor untuk menyusun buku tentang move on , kala itu kata move on sedang beken-bekennya, sekitar tahun 2014-2015? Iya sekitar segitu. Blio juga mengusulkan seorang psikolog bernama Pingkan Rumondor, yang dalam waktu dekat bakal mengisi seminar di Universitas Indonesia, untuk menulis buku soal move on  itu.  Proyek itu disambut hangat oleh mbak Pingkan. Dalam proses menulis dan mengedit naskah blio, saya pun mengunjungi tempat blio mengajar di Binus untuk ngobrol , hingga akhirnya dalam sebuah kunjungan, saya bertemu mbak Rani Agias Fitri . Di sana, lahirlah obrolan mengenai rencana penulisan buku blio mengenai introver, sebuah bidang yang menjadi kajian mbak Rani. Kebetulan saat itu, blio dan rekannya, Regi, tengah menyelesaikan proyek tugas akhir mengenai introver pula.  Pucuk dicinta ulam pun tiba, gitu kali ya peribahasanya. Saya pun usu...

Semacam dream comes true


Awalnya, saya adalah seorang pengagum Hans.

No, Hans bukan siapa-siapa (saat itu). Cuma seorang senior. Tapi saya jatuh cinta banget sama penampilan Hans yang super cool. Makin jatuh cinta waktu tahu kepribadian cowok ini; super humble, nggak sombong, super asik!

Semuanya bermula waktu saya masih menempuh semester dua di Universitas Multimedia Nusantara.


“Edward Culleeeeen!”

Di semester dua itu, saya pertama kali lihat Hans. Saya langsung suka. Sukanya mah suka-suka aja, karena dia super good looking. Waktu itu masih booming film Twilight dengan Edward Cullen sebagai bintang utama. Dan waktu itu, Hans dimata saya mirip banget sama Cullen! Apalagi tiap dia jalan nunduk, ngeliatin henpon, mimik wajah serius, terus pakai jaket baseball. Aduh, meleleh.

Nggak tahu kenapa, tapi di masa itu kami sering sekali berpapasan. Entah di libro, di perpus, di lorong kelas, atau yang paling sering: sama-sama ngantri lift untuk mengejar jam kuliah pagi. Sampai akhirnya saya tahu kalau Hans adalah sahabat teman satu geng saya, Bocay.

Entah gimana ceritanya, akhirnya saya kenalan dengan Hans. Nggak hanya itu, kami bahkan pergi bareng! Kalau nggak salah, Bocay jadi perantara kenalan. Aduh, jujur saya lupa gimana akhirnya saya bisa hanging out sama kokoh yang saya gemari ini!

Kami mulai sering janjian ketemuan buat makan siang, nongkrong di lorong kelas, atau sekadar selonjoran di depan BAAK sambil ngobrol ngalor-ngidul.

Pernah ada satu momen yang memorable banget. Hans bilang kalau dia udah di depan kelas saya. Saya pun keluar untuk menemui dia. Dan, guess what?

Hans pakai celana jeans warna biru tua dan jaket baseball dengan warna biru tua-putih. Tatanan rambutnya benar-benar mirip tokoh Twilight itu. Hans bersandar di dinding. Satu tangannya memegang ponsel.

OH MY GOD! Saya, yang waktu itu sudah beberapa kali ngobrol dengan dia aja masih deg-degaaaaan banget kalau lihat dia kayak gitu. Dalam hati saya njerit, “Edward Culleeeeeen!”


foto pertama sama Hans


Moments of truth

Berasa banget bedanya kalau kita kenal dengan orang tertentu, atau nggak kenal dengan mereka. Kalau kenal, kita jadi tahu hal-hal yang nggak terlihat di mata, terutama soal bagaimana karakter aslinya. Karena, saya percaya, satu orang saja itu punya dimensi yang banyak, layar yang berlapis-lapis.

And thanks God, saya diizinkan mengenal lapis-lapis awal dari Hans, cowok yang awalnya cuma bisa saya lihat dari jauh, jerit-jerit alay berasa lihat artis Korea, dan ngomong ke orang-orang kalau dia mirip Edward Cullen.

Saat awal berteman, kami bicara hal-hal menyenangkan, guyonan tolol dan semacamnya. Pernah Hans cerita.. HAHAHA kalau inget ini pun saya bakal ngakak. Cerita tentang his "accident" in his class while he was junior high school student kalau nggak salah. Tentang temen cowoknya nawarin makan, but doesn't take out the food from his lips, then.. HAHAHA.


Gue sempet S-H-O-C-K. Terhenyak.


"Sumpah? Beneran lo..."


Terus dia, dengan wajah polos tampan *tsah* bilang, "... tapi bo'ong."


Fak.


Atau tingkah dia yang bikin saya "seriously?" lainnya, kayak minta tips ngadepin cewek yang naksir dia, misalnya. Aduh, ngakak kalau inget betapa saltingnya dia waktu itu.



Waktu Fikom Night! :D


Hm, ada lagi.


Berteman dengan Hans itu "penuh kejutan". Suatu hari saya di-add seorang cewek di Facebook, and guess what? Dia mengaku sebagai pacar Hans. Dia bilang, "Cowok yang namanya Stanislaus Hans Danial ini pacaran sama aku, Kak. Dia nembak aku, dan kami pacaran tapi belom pernah ketemu. Aku ajakin nggak pernah mau. Trus aku lihat kakak ada di salah satu foto sama Hans, makanya aku nanya kakak. Ini yang pacaran sama aku beneran Stanislaus Hans nggak, sih?"


Setelah beberapa kali ngobrol, saya yakin cewek ini ditipu sama cowok yang ngakunya Hans. Dan bener. Bahkan saat saya cerita ini ke Hans, he showed me a super tired face. Hans bilang, udah sering kejadian ada orang yang nipu pakai nama Hans. Ini masih mending cuma nipu jadi pacar. Yang dulu-dulu malah nipu pakai duit juga ada.


Jadi ternyata, si Hans palsu itu bener-bener makai muka Hans sebagai display picture BBM-nya, akun Twitter dia juga copy paste dari apa yang Hans tweet


Yang lucu juga, waktu awal-awal saya bikin ask.fm. Waktu itu saya udah jarang komunikasi sama Hans. Cuma saling lihat aja di Path. Line dan Whatsapp udah nggak pernah, kecuali Idul Fitri kemaren.


Tiba-tiba, rentetan pertanyaan muncul di ask.fm. Nanyain apa? Hans.



Kak kenal kak hans gak ?? Teruus hubungan kakak sama kak hans sedeket apa ? Sering komunikasi gak ?

Kakak kak hans punya ask gak ?? Kalo ada namanya apa ?

Kakak kenal kak hans itu dari mana ? Temen sekelas kah ? :)

Siapa sih kakak mantan pacarnya kak hans ?

Kakak tau gak rumahnya kak stanis ?


Apa mantan pacar kak hans itu orang tiongkok juga ? Dan beragama kristen ?

Bulan kemaren kak stanis pengen main loh rumah aku :D kita bisa jadi besanan hehehh *lohh*

Kapan kak terakhir ketemu kak hans dan kak hans masih punya pacar ?? 3-4thn yg lalu ?? :))


sampai ada yang kayak gini:

Kakak do'a in ya semoga kak Stanis dan keluarga di beri hidayah sama Allah



Oh-my-God!

Gokil banget efek temenan ama Hans. :p

*




asli ini nggak sengaja banget pake baju samaan merah hahaha


Sejak sering ngobrol dan jalan sama dia, saya nggak hanya jadi kenal dengan idola saya, tapi juga belajar hal baru dari Hans. Entah ini bener atau nggak ya, karena tiap jalan ama Hans, bawaannya selalu happy. Hans itu playful, kocak, meski juga bisa terlibat obrolan yang "dalem" ama dia. Dia nggak mikirin apa kata orang, hidup to the fullest banget. Hans super humble, nggak ngelihat orang dari fisik. Dia mau bergaul sama siapa pun asal orang itu asik.

Hans bahkan beda 360 derajat dari yang saya bayangkan.

He has a super good looking face. Yang bagi saya, adalah sebuah aset untuk meraup untung. Tapi waktu saya bilang, "Nyoba jadi model aja, sih," Hans menggeleng.


"Nggak mau."


Pernah dia punya boyband, tapi nggak lama dia keluar dari sana. Katanya, "Mau kerja kantoran aja, di belakang meja."


Saya jadi tahu sisi lain Hans, saat dia ngerasa dirinya nggak se-waw pikiran orang. Bahkan seorang Hans aja bisa ngerasa serendah ini. Ya iyalah, fans macam saya mikirnya Hans bakal mudah tenar. Hans sudah punya modal besar. Hans adalah seorang bintang! But what he did know, it's an impressive move. Menjadi seorang food blogger. Awalnya nggak nyangka sama sekali Hans akan membuka "jalur karir" di situ. Hans memang demen banget foto. 


Tapi, apa pun yang terjadi, berkenalan dan berteman dengan Hans benar-benar sebuah dream comes true buat saya. Untuk pertama kalinya, akhirnya, saya berteman dengan “idola” saya. Dan sekarang, Hans jelas jadi idola bagi food blogger! :p






Happy birthday and good luck with anything goods you do there. 
Maaf super telat :p

Komentar

Postingan Populer