Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

#Kebodohan: Salaman Sama Satpam

kebodohan di-share, nggak apa lah ya. siapa tau jadi ladang rejeki kayak Dika. ya nggak ngarep juga sih, hahaha. tapi kata pak ambang, aku suka galau-galauan doang di blog. aku buktikan dia salah. karena aku juga bisa tidak galau, tapi bego. *plak*

bulan april lalu kejadiannya. itu bukan pertama kali aku ke gedung keren khas jakarta. beeeeh, aku udah pernah ke SCBD dooong. apa coba SCBD? nggak tau. pokoknya keren. maaf anak kampung. hahaha. waktu itu ke SCBD sama my dynamic duo TITSKY KIYUTZ. misinya untuk "bongkar!" koran antikorupsi yang jadi tugas aku, tita, vivi, dan shandy untuk mata kuliah editing dan produksi media cetak asuhan pak samiaji bintang. waktu itu kiami ngeliput acara stand up comedy bertajuk Provocative Proactive. di sana, kami mewawancarai penyelenggara event tersebut, yaitu Transparency International Indonesia.

nah, april kemarin, aku kedapatan tugas liputan untuk rubrik cetak. narasumberku seorang psikologi anak kondang. hari itu dia mengisi acara di standard chattered bank, daerah semanggi. acaranya tentang peringatan hari kartini, kalo nggak salah ingat.

kala itu, meski masih pagi, saya dalam keadaan sangat amat lepek. untuk menempuh gedung ini, saya harus berjalan kaki. nanggung banget dari halte busway, nggak jauh nggak deket juga. mau naik ojek, ah nggak lah. jalan kaki lumayan bisa.

sayangnya, saya lupa saya sudah pegal sejak berdiri di busway. dan saya kelaparan! udah tau kan, logika jalan kalo ada logistik? gitu kalo kata tita. dan itu berlaku di saya. seriusan, badan patah-patah, otak macet, tapi ya udah diusahakan bertahan. jalan kaki lah saya ke standard chattered itu.

sampai akhirnya, sampai di depan gedung, udah lepek, pegel, keroncongan....

nah, di sana, saya sempat bingung dengan pintu masuknya. ini kebingungan saya tiap mau masuk ke gedung yang ngehips gini. sampai akhirnya, ketemulah itu pintu masuk.

ada tangga naik menuju pintu masuknya. di bawah tangga, ada alat detektor, beserta seorang satpam. saya pun berjalan melewati detektor. berikutnya, saya berhenti di meja satpam.

"selamat siang, selamat datang."

"siang pak"

"tasnya, mbak?"

saya, emang aslinya susah konek, ditambah kondisi drop begitu, kan.. maka saat si satpam menyerahkan tangan kanannya dengan posisi agak terbuka ke atas, kemudian...

kamu tau, apa yang saya lakukan?

alih-alih memberikan tas, saya malah MENYALAMI SATPAM ITU. ya saudara-saudara, saya menyalami tangan satpam itu, karena menurut otak saya yang bergerak krek krek itu, tangannya ngajak saya salaman. saya lupa bahwa sebenarnya dia meminta tas saya. untuk dicek.

sang satpam dengan sumringah tersenyum, "bukan, mbak. tasnya," kata dia sambil narik tangannya.

saya.......... terdiam, kemudian dengan gerakan super pelan menyerahkan tas. sambil lirik kanan kiri. untung lagi nggak ada siapa-siapa, guys. jadi saya aman. cuma satpam inilah saksi hidup ketololan saya.

"terima kasih, mbak," kata satpam sambil mengembalikan tas.

untuk mencairkan suasana, PLUS sekedar basa-basi, saya lontarkan pertanyaan, "pertamina lantai berapa ya, mas?" yap, kebetulan ruang standard chattered itu berseberangan dengan ruang pertamina.

sang satpam memberi jawaban, dan saya dengan langkah cepat meningglkannya. dalam rasa malu yang dahsyat.

sepertinya saya harus mensistem khusus otak saya, bahwa ketika ada satpam menyerahkan tangannya, bukan berarti ia mengajak salaman. dia mau tas anda untuk dicek. demikian.

sekian.

Komentar

Postingan Populer