Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

Jangan Menangis

Tersenyumlah, Inas. Tersenyum. Tersenyum.

Tidak ada yang perlu ditangisi.

Kalian dalam posisi yang sama. Dia (sudah) menyukai perempuan lain, bukankah kau juga sudah menyukai (banyak) laki-laki lain?

Memang berat, memang berat, menerima kenyataan bahwa orang yang (masih) kamu sayang itu sudah bisa menyukai perempuan lain.

Tapi ingatlah, masih banyak yang lebih penting untuk dipikir selain laki-laki yang meninggalkanmu seenaknya itu. Masih ada deadline film, tugas kuliah, dan kesehatanmu untuk dipikirkan.

Jangan menangis, Inas. Tolong jangan menangis.
Percayalah, air matamu berharga hanya untuk bersimpuh, berdoa, memohon ampun. Selebihnya? Jangan menangis, jangan menangis!
Apa yang perlu ditangisi? Bahwa dia sudah benar-benar melupakanmu?
Oh, tidak, Inas.
Kau harus tahu, dia akan selalu mengingatmu, karna kau yang pertama baginya.


Aku mohon, jangan siakan air matamu, Inas.
Menangislah hanya karena Tuhan, keluarga, atau dirimu. Jangan karena laki-laki itu.
Kau masih akan menghadapi banyak hal. Kuliah, skripsi, magang, bekerja.
Kau masih akan menemui banyak laki-laki.
Percayalah, bukan cuma dia.

Inas, Inas, Inas.
Percayalah, kamu tidak akan menyesal menjadi perempuan yang tegar.
Biarlah cinta mau seperti apa, kau tetap Inasshabihah yang tegar.
Kau HARUS tegar.

Tolong, tak perlu jantungmu berdebar atau amarahmu membuncah.
kau harus sadar, laki-laki itu bukan milikmu.
Dia berhak mencintai perempuan lain, juga berhak menolak dicintai olehmu.
Dia mempunyai HAK itu.

Hei, tidakkan kau tahu, Inas?
Kau juga punya hak untuk membuka lebar matamu,
masuk ke dunia-dunia baru yang lebih menantang,
dan perluas pergaulanmu

Dan Inas,
Tuhan lah yang harusnya kau takuti.
Bukan takut karena "dia menyukai perempuan lain."

Sadarlah, Inas.
Dan jangan menangis.
Kau akan bahagia,
sayangnya bukan sekarang.

11:39
perpustakaan universitas multimedia nusantara

Komentar

Postingan Populer