Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear Rawi (2)

Hai, sayang. This is me again.  Raw, hidup melelahkan, ya? Entah melelahkan karena menjenuhkan dengan rutinitas yang terus berulang, atau melelahkan karena memang, ya lelah, secara fisik dan mental? Huahaha.  Uma berharap, kamu tidak mengalami kelelahan, kamu tidak mengalami ketidakenakan. Raw, doa Uma hari-hari ini sepertinya hanya satu, agar Uma (dan Baba) bisa dipercaya Allah untuk terus merawat Rawi, sampai nanti Rawi siap hidup di atas kaki sendiri.  Hidup nggak mudah, Raw. Dan level ketidakmudahan itu terus berubah. Semisal, saat mulai sekolah nanti, kamu akan menemukan ketidakmudahan hidup seperti: susah bangun pagi, susah memahami pelajaran, mungkin susah mengerjakan PR, susah harus bertanggung jawab dengan aktivitas harian, susah menghafal surat Al-Quran, susah membereskan kamar yang berantakan, dan sebagainya.  Tapi, Raw, jalani saja. Lakukan saja. Bangunlah, pahamilah, belajarlah, kerjakanlah, hafalkanlah. Dengan begitu, ketidakmudahan akan terlewati....

Kegalauan Weekend

Semua bermula saat.. negara api menyerang.

Oh. Bukan.

Ini gara-gara I'm Kom, eh boleh kan ya sebut merk aja? Jurnalis kan gak banyak basa-basi. *ups

Minggu ini se-su-a-tu banget. Ngurus poster, ngerampungin Proker, planning kampanye, lobi tim sukses, dan... wooohooo! Capek! Tapi untungnya pakai IM3, dapat bonus 250 SMS setelah kirim 2 SMS dengan pulsa di atas 1.000 rupiah. Iya, ini promosi.

Lanjuuut. Minggu depan bakal jadi minggu yg sibuk. Mulai kampanye, orasi hari Rabu, plus tugas-tugas kampus yang masih butuh perhatian, yaitu Komunikasi Massa dan Penulisan Berita Media Cetak. Buat Kommas, gue masih harus bikin list pertanyaan utk wawancara ke Yayasan SET, bikin rangkuman dan power point, serta wawancara ke Yayasan SET-nya, which is dibawah naungan Garin Nugroho.

Sedangkan tugas PBMC, gue harus keep contact pihak Kompas, semoga Pak James bisa. Trus siapin surat-surat izin untuk ke Dewan Pers dan Satelit News, koran lokal Tangerang. Untungnya udah wawancara ke Direktur LSPP, Pak Ignatius Haryanto, which is dosen Jurnalistik paling oke, dan udah ke AJI juga. Semua ini buat tugas bikin berita dengan tema Sertifikasi Wartawan. Fiiiuh~

Yang bikin minggu ini awesome:

GUE KE AJI LOH!

Iya sih, norak. Ape lu kate dah! Tapi AJI, Aliansi Jurnalis Independen, adalah kumpulan orang-orang dengan independensi yang keren. Organisasi jurnalis ini selalu memegang teguh tekadnya untuk mempertahankan profesi jurnalis yang harusnya bebas dari tekanan dan juga tidak menekan pihak lain. Tidak boleh menodai hakikat jurnalis, seperti yang telah diwariskan oleh jurnalis-jurnalis terdahulu. Mereka berjuang dengan berani untuk memerdekakan jurnalis, masa iya kita nodai dengan mudahnya, melalui aneka pemerasan narasumber, terlebih menjadi wartawan Bodrex?

"Iya itu namanya wartawan Bodrex, karena bikin kita pusiiiing mulu, haduhh," begitu jawab Pak Sunu, wartawan TEMPO, pas gue tanya kenapa namanya Bodrex. Wartawan jenis ini biasanya minta uang transport atau apalah namanya. Itu tentu menyalahi kode etik jurnalis.


Kemudian gue dan Indah dapet banyak info tentang sertifikasi, yang tujuan awalnya utk menindak kasus wartawan Bodrex ini. Sertifikasi nantinya mampu mengurangi kecurangan tersebut, terlebih akan ada standarisasi perusahaan media, mengenai berapa modal mereka utk membuka sebuah perusahaan media, dan standar lainnya.

Intinya seperti itu. Mungkin ntar kalau udah jadi berita bakal gue share di sini :))

Post kali ini akan gue tutup dengan sebuah kegalauan lain:

"Kenapa sih orang selalu meminta gue utk BELAJAR MENGERTI mereka? Kenapa mereka nggak BELAJAR MENGERTI gue juga? Kan gue juga manusia!"

"Saat gue minta utk dimengerti, eee gue malah diposisikan bersalah dan dipojokkan!"

"Kata Hasya, itu namanya gue orang baik, dan jadi orang baik itu susah."

"Apa iya jadi orang baik itu selalu begini? Dipojokkan dan mengalah?"

"Kalau iya.. hah, gue capek jadi orang baik!"

Oke. Selamat bergalau ria juga.

Salam goyang gayung!

Komentar

Postingan Populer