Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear Rawi (2)

Hai, sayang. This is me again.  Raw, hidup melelahkan, ya? Entah melelahkan karena menjenuhkan dengan rutinitas yang terus berulang, atau melelahkan karena memang, ya lelah, secara fisik dan mental? Huahaha.  Uma berharap, kamu tidak mengalami kelelahan, kamu tidak mengalami ketidakenakan. Raw, doa Uma hari-hari ini sepertinya hanya satu, agar Uma (dan Baba) bisa dipercaya Allah untuk terus merawat Rawi, sampai nanti Rawi siap hidup di atas kaki sendiri.  Hidup nggak mudah, Raw. Dan level ketidakmudahan itu terus berubah. Semisal, saat mulai sekolah nanti, kamu akan menemukan ketidakmudahan hidup seperti: susah bangun pagi, susah memahami pelajaran, mungkin susah mengerjakan PR, susah harus bertanggung jawab dengan aktivitas harian, susah menghafal surat Al-Quran, susah membereskan kamar yang berantakan, dan sebagainya.  Tapi, Raw, jalani saja. Lakukan saja. Bangunlah, pahamilah, belajarlah, kerjakanlah, hafalkanlah. Dengan begitu, ketidakmudahan akan terlewati....

Menjadi Toleran

"Nas, kenapa sih kamu banyak milih ayat atau hadis yang toleran? Beragama kok pilih mudahnya aja? Kayaknya kamu terlalu toleran."
Pernah ditanyain gini? Pernah.

Jawabnya?

"Kamu mainnya kurang jauh, Mas. Menjadi toleran tidak selalu mudah. Saya harus terbuka dengan pertanyaan teman-teman yang beda keyakinan, harus memaksakan diri belajar hal hal simpel seperti 'kenapa babi itu haram', padahal di hati mah kita terima-terima aja dilarang makan babi :p

Kudu belajar lagi jihad itu sebenarnya apa, dan kenapa banyak orang Islam jadi teroris. Apa pula itu Jaringan Islam Liberal. Kenapa FPI keliatannya galak dan brutal.

Saya harus hati-hati bicara agar tak menyinggung mereka, harus pikir-pikir sebelum menanggapi perkara agama saya. Kadang, menjadi toleran nggak semudah saya bicara tentang babi dan jihad kepada Mas. Mereka masih bingung kenapa Islam pakai konsep ta'aruf, dan itu jadi bahan belajar saya untuk bisa jawab pertanyaan mereka.

Banyak hal baru yang mereka perlu tahu, banyak hal baru yang saya juga pelajari pelan-pelan. Sungguh itu nggak semudah saya ngomongin Islam sama Mas."

Ya ini menurut saya aja, sih.

Komentar

Postingan Populer