|
Ngambil dari: Age of Youth 2 |
Sebenernya ini pertanyaan yang mudah sekali dijawab. Tapi kalau kita suka berbelit-belit, maka ayo berbelit-belit.
Gini, adik-adikku yang budiman. Aku tahu kegelisahan kalian. Banyak akun-akun dakwah yang mencecar drama Korea, menyebutnya buruk dan harus ditinggalkan. Bener-bener drama Korea thok yang disebut-sebut, tanpa drama negara lain.
Hi hi hi.
Aku nggak mengambil keuntungan apa pun dengan menulis ini, karena meski suka nontonnya, aku bukan penggemar yang segala jenis drama kuikuti semua. No. Aku juga bukan siapa-siapanya siapa pun (ha? apa sih, Nas?), jadi aku nulis ini hanya karena aku ingin mengilhami alam bawah sadar kalian, bahwa...
drama Korea tak ubahnya drama-drama negeri lain.
Iya, tontonan yang kalian tonton, either itu drama Barat, drama India, ya sama saja. Tenan.
Apa yang mau dikritisi dari drama Korea, dear adik-adikku? Bagiku, kebiasaan minum alkohol mereka yang betul-betul kuat itu wow sekali. Sedih, minum. Seneng, minum. Kerjaan beres, minum. Dicuekin gebetan, minum. Tapi ini memang terjadi di Korsel. Yang namanya soju memang jauh lebih mudah didapat dibanding air putih, kata temanku yang pernah ke sana.
Apalagi? Kissing scene? (Ini aku udah 17+ jadi udah boleh ngomong ginian, kan?). Ya. Aku sih tercengang dengan cara drama Korea yang selalu bisa menyatukan sepasang kekasih dalam satu kasur, mboh piye carane. Entah karena si cowok dan si cewek tinggal bareng meski belum nikah, atau cowoknya main ke rumah si cewek, dsb dsb dsb, wow sekali. Dan, ya, adegan percintaannya bisa bikin baper. Biasanya sih, kalau udah episode ke enam dan ke delapan harus siap-siap mata dan hati dijaga biar nggak kelewatan nontonnya.
Apalagi, apalagi? Mau mempertanyakan kenapa penonton drama Korea sering susah move on dari drama? Kalau ini sih, karena ceritanya memang kualitas. Aku nggak tahu dengan penonton lain, tapi kalau aku, tiap habis nonton drama Korea yang ceritanya bagus, bawaannya jadi mikir, "Kok kreatif, ya? Kok aku nggak bisa ya bikin kayak gitu? Dapet idenya darimana, ya?"
Entah dengan kalian.
Apakah ada yang baper dengan adegan percintaannya? Abang-abang gantengnya? Ada. Dan ini harus hati-hati, takutnya nanti kamu berharap bertemu jodoh yang macem 'tu. Sadar, dik, kesempurnaan itu tidak dimiliki oleh makhluk.
Kalau itu yang mau dikritisi oleh kalian, ya, maaf saja, tapi drama Barat juga punya segudang contoh yang lebih eksplisit penayangan adegan minum-minumnya, juga tak malu-malu mengambil adegan ranjang. Mudah sekali menemukannya di film Barat. Mudah pol. Bollywood juga sudah terbiasa dengan adegan romantis. Shahrukh Khan itu, aduh, dia sudah mesra-mesraan sejak dulu kala, tapi apakah dia juga dicecar karena itu... Aamir Khan juga.
Apakah kebaperan juga diakibatkan hanya oleh drama Korea? No. Mudah sekali kalian menemukannya pada penonton film-film Hollywood, apalagi Bollywood. Lihat deh mereka yang nggak bisa kalau nggak ngikutin The Flash, atau serial lain. Ada, kok. Maaf ya kalau ada yang tersinggung. Ini contoh aja.
Jadi, semuanya mah sama aja. Podo wae.
Intinya... kalau mau kritik mah kritik semua aja. Ini bukan aku nggak terima atau apa, tapi bikin adil aja karena semua sama. Sampeyan sudah benar, kok, kalau mau mengkritisi drama Korea. Tapi sebaiknya, sebut lainnya juga.
Aku bukan penikmat segalanya, dan, sejak nonton drama Secret Forest kemarin itu, aku sudah susah sepertinya nonton yang cinta-cintaan. Secret Forest itu betul-betul minim banget adegan percintaannya. Kamu bakal diajak serius mikir dan deg-degan sepanjang drama. Meski episodenya sedikit, tapi yakin deh kamu akan merasa capek nonton karena saking serius dan nggak ada lucu-lucunya.
Sama kayak Yongpal, drama Korea tentang seorang dokter cerdas yang kerjaan sampingannya adalah membantu mengobati mafia atau pelanggar hukum. Dia lakukan ini demi nambah duit buat bayar hutang, padahal tindakannya itu melanggar aturan rumah sakit, karena harusnya mafia-mafia itu diaporkan ke polisi dan dirawat di rumah sakit, bukannya diobati oleh si dokter panggilan ini.
Sepanjang drama, memang ada bumbu cintanya, tapi itu nggak berasa sama sekali saking kita sibuk tegang dengan alur cerita yang melibatkan intrik politik di dalam rumah sakit.
*
Jadi, bolehkah nonton drama Korea? Ya jawabannya bakal sama dengan bolehkah nonton drama-drama dari India, Thailand, Indonesia, Malaysia, Amerika... kita tahu filternya apa, dan aturannya bagaimana. Sekarang tinggal penontonnya saja yang menyetel diri. "Nggak pa-pa, tapi jangan berlebihan menyukai K-pop," gitu kata Wirda Mansur, putrinya Ustaz Yusuf Mansur. :p
Sama aja, dengan segala hal di dunia ini: jangan berlebihan.
Saran dariku, kalau adik-adik tetap mau nonton, ya tontonlah drama yang bagus kualitasnya. Bukan menye-menye doang. Bukan karena oppa-nya ganteng doang. Biar balance otak sama hati kita.
Kalau di kehidupan nyata sudah banyak kebaperan, misalnya sibuk stalking gebetan, sibuk mikirin kenapa dia nggak nge-chat duluan, ya sebaiknya imbangilah dengan tontonan penyegar yang bisa meminimalisir kegelisahan. Banyak, kok.
Nggak suka nonton? Dengerin murottal udah paling bener. Punya internet buat apa? Gih, setel ngajinya kang Fatih, ngajinya Syekh Sudays. Mau denger ceramah? Gih, search ceramah-ceramah Ustaz Adi Hidayat di Youtube. Banyak pilihan.
Soal selera sih, ya.
*
ditulis dengan penuh cinta,
Inasshabihah
Penonton Drama Korea, dan penyayang kalian semua.
Komentar
Posting Komentar