Langsung ke konten utama

Unggulan

Dear, Rawi (4)

Dear, anakku sayang. Hari ini nggak mau bilang apa-apa, selain terima kasih dan maaf. Terima kasih karena sudah tumbuh jadi anak yang lucu, sehat, dan cerdas. Kamu bukan anak penurut, tapi tak kan habis akal Uma dan Baba agar kamu memahami kenapa kamu harus nurut sama kami, LOL. Semoga kerja sama kita berlangsung dengan baik hingga kemudian hari, hahaha. Terima kasih karena Rawi mau memakan apa yang Uma beri, meski mungkin membosankan atau kurang enak. Wi, banyak orang menilai Uma terlalu selektif dengan makananmu. Bahwa Uma melarangmu makan manis, minum manis, termasuk susu, terutama susu. Bahkan Jiddah-mu sendiri kewalahan memahami bahwa kamu alergi susu, dan dia terus meminta Uma memberimu susu. Padahal Uma tak akan lupa rasa stresnya saat kamu minum susu dan tidak makan, lalu di tengah waktu bermain kamu kelaparan. Hadeh. Untuk itu, Uma minta maaf. Tidak ada niat melarang berlebihan. Yang Uma lakukan semata-mata buat kebaikan Rawi, tidak mungkin tidak. Makanan manis hanya akan memb...

#BukaBuku Sarjana, lalu apa?

Kecuali orang dalam, maka masyarakat umum hampir-hampir tak mengetahui apa yang terjadi dalam dunia kesarjanaan kita. Presiden Soeharto telah melihat arti kaum sarjana. Terbukti dengan pengangkatan banyak ahli bidang masing-masing pada pos-pos pimpinan penting di berbagai lembaga negara kita.

Empasan ilmu pada masyarakat harus dapat lebih dirasakan daripada selama ini. Para sarjana harus lebih banyak ikut aktif dalam segala kegiatan mengenai nasib dan hari depan rakyat kita. Dunia sarjana kita berkewajiban untuk menghapus semua sikap irasional dari tiap jengkal tanah Indonesia ini. 

–Mochtar Lubis 
(Dunia Kesarjanaan Kita, dalam Tajuk-Tajuk Harian Mochtar Lubis di Harian Indonesia Seri 2)


Komentar

Postingan Populer