Langsung ke konten utama

Unggulan

[REVIEW BUKU] Ada Apa dengan Introver: Siapa, Mengapa, dan Bagaimana

Mungkin memang enggak ada yang namanya kebetulan, melainkan takdir.  Takdir untuk buku ini adalah, saya dapat masukan dari Mbak Lintor untuk menyusun buku tentang move on , kala itu kata move on sedang beken-bekennya, sekitar tahun 2014-2015? Iya sekitar segitu. Blio juga mengusulkan seorang psikolog bernama Pingkan Rumondor, yang dalam waktu dekat bakal mengisi seminar di Universitas Indonesia, untuk menulis buku soal move on  itu.  Proyek itu disambut hangat oleh mbak Pingkan. Dalam proses menulis dan mengedit naskah blio, saya pun mengunjungi tempat blio mengajar di Binus untuk ngobrol , hingga akhirnya dalam sebuah kunjungan, saya bertemu mbak Rani Agias Fitri . Di sana, lahirlah obrolan mengenai rencana penulisan buku blio mengenai introver, sebuah bidang yang menjadi kajian mbak Rani. Kebetulan saat itu, blio dan rekannya, Regi, tengah menyelesaikan proyek tugas akhir mengenai introver pula.  Pucuk dicinta ulam pun tiba, gitu kali ya peribahasanya. Saya pun usu...

Jalan-jalan ke Sam Poo Kong!

Sebagai warga kelahiran Semarang, saya merasa gagal.

Tiap ada teman ke Semarang, saya selalu bingung harus membawanya ke mana. Enam tahun di luar Semarang jadi kagok pas balik ke kota ini. Kalau kuliner sih, mudah. Maklum, saya tukang makan. Tapi kalau wisata lokal.. apa, ya? Kota Lama? Contemporary Art Museum? Ronggowarsito?

Ya, ke Museum Ronggowarsito lah saya mau membawa Diva, karena anak ini suka seni dan sejarah *sotoy* Tiba-tiba di tengah jalan,

"Kalau ke Sam Poo Kong jauh nggak, Kak?" tanya Diva.
"Enggak. Ke sana aja, yuk? Aku baru inget butuh bahan nulis soal Imlek."
"Oke."

Syukur tiada akhir, malah "diingatkan" oleh Diva soal kerjaan, hahaha. Jadilah saya tancap gas ke Sam Poo Kong.

Ini kedua kalinya saya ke Kelenteng ini. Mungkin ini satu-satunya kelenteng di Semarang, yang pengunjungnya banyak yang berhijab, hehehe. Selain sebagai tempat ibadah, Sam Poo Kong juga adalah tempat wisata. Butuh bayar 8 ribu rupiah untuk tiket masuk. Begitu ke dalam, ada rentetan penjaja makanan di kanan dan kiri. Masuk lurus, kita akan menemui aula megah dan luas, yang digunakan pada perayaan Imlek dan hari tertentu saja.

Wisatawan foto-foto di Aula Sam Poo Kong

Di seberang aula, ada kelenteng-kelenteng untuk sembahyang. Waktu kami perhatikan, ada banyak wisatawan masuk ke area kelenteng, bahkan jalan-jalan dan berfoto. Ada juga yang berkelompok dan diarahkan tour guide. Pertanyaannya, bagaimana cara masuk ke area Kelenteng?

Saya dan Diva sempat beberapa kali bolak-balik kayak setrikaan, dari pojok ke pojok lapangan nyari tempat masuk, hahaha, ternyata memang nyempil gitu jembatan masuknya. Kami bayar untuk tiket masuk, muterin kelenteng, lalu karena nggak paham sejarahnya apa, balik ke pintu masuk dan nyewa guide. Hahaha. Kerja dua kali banget. Maafkan aku sang anak rumahan ya, Diva. Akhirnya ditemenin deh sama guide-nya, dan ternyata, bagiku sih, sejarah kelenteng ini serta kisah hidup Cheng Ho secara personal sungguh menarik.

Penasaran? Ke sana aja, gih. Biar puas. :p

Kyai Jangkar, salah satu sesembahan. Kenapa Jangkar? Nantikan artikelnya, ya. Kalau dimuat :p

Nabi Kong Hu Cu, salah satu sesembahan

Gong Toleransi / Perdamaian

Diva - Mbak Desi The Tour Guide - Inasshabycute (nggak ada yang bilang cute, jadi muji diri sendiri ajah)

Kelenteng Agung Sam Poo Kong dengan patung Cheng Ho di depannya

Kelenteng Agung Sam Poo Kong, Kelenteng Kyai Juru Mudi, Kelenteng Dewa Bumi



Catatan: semua foto ini hasil jepretan Diva, ya.

Komentar

Postingan Populer